Episode 5 : Tentu Saja Karena Kau Pacarku

13 9 0
                                    

Backsound : Beautiful - Crush

***


"Aku pulang," bisiknya, meski dia tahu tak ada yang akan menjawabnya.

Ji Chan tiba di rumahnya yang sepi, menghempaskan tubuhnya di sofa sambil menatap langit-langit rumah yang tampak begitu jauh. Rumah itu terlalu besar untuk ditempati sendirian. Setelah ibunya meninggal, ayahnya yang dulu penuh perhatian, kini lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah, menyibukkan diri dengan pekerjaan seolah menghindari kenyataan yang menyakitkan.

Malam semakin larut, namun kantuk tak juga menghampiri. "Hah, hidup ini benar-benar tidak adil," gumam Ji Chan pelan dengan suara seraknya yang hampir tidak terdengar di tengah keheningan malam.

Dia bangkit dari sofa dan berjalan ke dapur, membuka kulkas tetapi hanya menemukan beberapa botol minuman dan makanan yang sudah hampir kadaluarsa. Dengan putus asa, dia mengambil sebotol air dan meneguknya dengan cepat.

Pria berusia 17 tahun itu terlihat sangat lelah, mata sayunya menunjukkan kurang tidur dan beban yang terlalu berat untuk ditanggung. Cermin di hadapannya memperlihatkan seorang pemuda yang sudah kehilangan arah, mencoba bertahan di tengah dunia yang sepertinya tidak lagi memiliki tempat untuknya.

Rasa bosan yang menyakitkan merayapi dirinya. Dia meraih jaket yang tergeletak di sofa, lalu melangkah keluar rumah tanpa tujuan yang jelas, membiarkan angin malam yang dingin menghantam wajahnya. Dia berjalan menyusuri jalan yang sepi, membiarkan kakinya membawa ke mana saja.

"Ji Chan-a!"

Secara spontan, Ji Chan menoleh ke arah suara yang terdengar dingin namun lembut. Ji Chan sering melihatnya berjalan sendirian di malam hari, tapi dia tidak pernah menyapanya. Mungkin karena mereka tidak saling kenal waktu itu atau mungkin karena dia merasa tidak punya alasan untuk melakukannya.

"Jung Eun Kyung?"

Eun Kyung berjalan mendekat. "Kau mau ke mana?"

"Hanya jalan-jalan saja. Kau belum pulang?"

"Aku baru pulang dari pekerjaan paruh waktu," jawabnya sambil menarik napas panjang. Ada kelelahan yang jelas terlihat di wajahnya.

Mereka melanjutkan langkah tanpa kata-kata. Namun tiba-tiba Ji Chan merasa dorongan untuk berbicara. Sesuatu yang biasanya dia simpan rapat-rapat di dalam hatinya.

"Eun Kyung-a, pernahkah kau merasa bahwa semuanya tidak akan pernah kembali seperti semula?"

Eun Kyung menoleh, menatap Ji Chan dengan tatapan yang hangat. "Setiap hari. Setiap kali aku melihat adikku, setiap kali aku menyadari bahwa eommaku tidak akan pernah kembali, dan setiap kali aku mengingat hal yang membuatku jadi seperti ini."

"Aku merasakan hal yang sama. Sejak eommaku meninggal, hidup ini tidak lagi sama. Appaku... dia jarang pulang. Ketika dia di rumah, dia hanya menatapku dengan mata yang dingin, seolah aku adalah alasan dia kehilangan eommaku."

Untuk pertama kalinya, Ji Chan membiarkan dinding pertahanan yang selalu dia bangun di sekitarnya runtuh di depan orang lain. Dia berbicara, bukan sebagai sosok yang selalu ceria, tetapi sebagai seseorang yang rapuh, seseorang yang terluka.

Mereka saling bertatapan beberapa saat dan mulai menyadari sesuatu. "Kenapa aku mengatakan semua itu padanya?" batin Ji Chan.

Begitu pun dengan Eun Kyung. Dia menutup mulutnya rapat-rapat, namun matanya masih tertuju pada pria di hadapannya. "Apakah tadi aku benar-benar mengatakannya? Kenapa aku harus mengatakan itu padanya? Lalu, kenapa juga dia sejujur itu padaku? Tiba-tiba sekali?"

Genuine Lies : Kebohongan Yang NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang