BAB 9

539 67 8
                                    

Happy Reading 📯
...

Di bawah pekatnya malam, kini seorang gadis tengah melamun, entah memikirkan hal apa yang membuatnya terlihat seperti kebanyakan beban. Gadis itu duduk di gazebo rumahnya.

"Hai, anak ayah, ngapain disini sendirian?" Seseorang, berhasil membuyarkan lamunannya.

Gadis itu tersentak kaget. "Eh, ayah, maaf, tadi Serly ngga liat ada ayah,"

Rama tersenyum hangat, ia duduk disampingnya anak gadisnya. "Mikirin apa? Serius banget."

"Ngga ayah, tadi cuma mikirin tugas dari sekolah aja, rada bingung," jawab Serly, tak mungkin ia berbicara sungguhan pada ayahnya.

"Anak ayah dari dulu sudah pintar, ayah tau, pasti kamu bisa," Rama menatap lekat ke arah Serly. "Kamu .. anak perempuan satu-satunya ayah, kamu berlian ayah, jangan tinggalin ayah, ya?"

Serly menggeleng, "Iyaa ayah, aku ngga bakal ninggalin ayah, aku juga sayang banget sama ayah,"

"Kamu itu, kayak bintang di langit, selalu memukau di hati ayah, kamu, satria, dan gala, kalian anak ayah, harta ayah," Rama terus terang.

"Ayah janji ngga bakal bikin aku sakit hati atau semacamnya 'kan?" Tanya Serly

"Tidak sayang, lagipula, untuk apa ayah menyakiti kamu? Tidak ada gunanya, bukan?" Rama mengelus rambut Serly

Satpam rumah tiba-tiba menghampiri mereka, lalu dengan sigap, Serly berdiri.

"Kenapa, pak?" Tanya gadis itu

"Non, didepan ada temennya, katanya mau ajak non keluar, namanya kalo ngga salah den darren," Ujar sang satpam

Serly mengerutkan keningnya, Darren? Untuk apa anak itu mengajaknya keluar? Bahkan mereka tak ada rencana sama sekali.

"Ser, kamu ada pacar kok ngga bilang ayah?" Sodoran pertanyaan itu membuat Serly bergidik ngeri.

"Ayah, paan sihh, Serly ngga punya pacar tauuu!!"

Rama hanya tertawa, "Yaudah sana, ngga usah ganti baju lagi, toh itu bukan baju piyama."

Serly mengangguk, lalu ia keluar dari gerbang. "Ren, kenapa ngajak keluar malem malem gini?"

Darren masih di atas motor hitamnya. Ia bahkan tak membuka helmnya. "Nggapapa, ikut gue sebentar." Serly mengangguk, ia menaiki motor besar milik Darren.

Entah kemana tujuannya, Serly pun tak tau, hingga akhirnya, mereka sampai di taman yang cukup sepi.

"Turun." Perintah Darren, lagi dan lagi di angguki oleh Serly.

Darren sendiri turun dari motornya, dengan menenteng kresek putih. "Obatin." Ia menyerahkan kresek itu, lalu membuka helmnya.

"Astaga Darren! Lo kenapa?! Muka Lo lebam semua!" Pekik Serly, sungguh, muka datar Darren ternodai.

"Obatin dulu."

Serly mengangguk, ia mulai mengobati luka luka yang ada di muka Darren. Sesekali cowok itu akan meringis kesakitan.

Transmigrasi serlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang