CH 02

221 23 2
                                    

Jalan tercepat dari Asrama Dream menuju stasiun adalah melewati 'Lajur Perbelanjaan Bata Merah'. Itu ada tempat yang luar biasa, bergaya retro, dan tempat bersejarah. Dilahirkan dan dibesarkan di sini, Jaemin mengingat jalan ini sebagai salah satu dari tempat-tempat dia bermain ketika masih kecil. Karena itu, kebanyakan orang di sini menyapanya ketika dia pergi melewati jalan-jalan tersebut.

Penjual ikan akan berkata :

"Oh, bukankah kau si bocah Na? Yahhh kau makin tampan saja.. Ikan makarel hari ini akan bagus sekali untukmu."

Pemilik dari toko daging di ujung depan akan berkata:

"Yaaah, kau Jaemin? Apa yang ingin kaubeli hari ini? Aku bisa memberimu sepotong kroket, ada di dalam rumah."

Jaemin tidak membeli apapun, tapi dia mengambil kroket yang ditawarkan oleh wanita baik tersebut.

"Jaemin, lama tak melihatmu. Sekolahmu sekarang di Neo, 'kan?" Itu adalah temannya dari SMP yang menjaga toko sayuran sekarang.

Ikatan kekeluargaan yang menghilang di kota-kota Seoul masih ada di jalan ini. Selain itu, semua orang menyukai kota dari Institut Seni Neo sebagaimana adanya.

Sekitar tiga tahun yang lalu, sebuah supermarket besar baru dibuka yang menawarkan harga murah dan produk yang lebih beragam. Akan tetapi, Jaemin tetap menyayangi lajur perbelanjaan ini. Ini adalah tempat yang membuat nyaman baginya.

Mengisi mulutnya dengan kroket, Jaemin tiba di Stasiun sebelum dia menyadarinya.

Sekalipun stasiun tersebut dinamai Stasiun Institut Seni, bahkan membutuhkan waktu lima belas menit bagi orang dewasa untuk berjalan dari sini ke Institut. Setiap tahun akan ada murid tak dikenal yang terburu-buru ke sini pada menit terakhir, akan ada jatuhnya korban dan meratapi kesialan mereka. Ini telah menjadi cerita terkenal di sekitar sini.

Hanya ada satu penghalang di stasiun, jadi warga di sisi lain harus berjalan melintasi penyeberangan untuk membeli tiket, yang sangat tidak praktis.

Jaemin menunggu di pagar bulat baja yang berada di depan pembatas. Dia mengeluarkan foto yang ada di dompetnya dan melihat kembali laki-laki tersebut.

"Namanya Huang Renjun."

"Mark bilang dia adalah sepupunya, tapi perbedaan umur mereka terlihat jauh."

Ketika dia sedang merenungkan ini, kereta selanjutnya telah memasuki stasiun.

Umumnya murid-murid SMP dan SMA akan turun dari kereta dengan berbondong-bondong pada jam ini, yang merupakan waktu pulang sekolah. Akan tetapi, sekarang libur musim semi. Hanya ada beberapa penumpang tak dikenal yang tidak dapat ditebak umur dan apa yang mereka lakukan dari penampilan mereka.

Tapi, Jaemin mengenali sebuah wajah dari antara mereka. Pemilik wajah tersebut juga mengenalinya. Dia melebarkan matanya dengan terkejut dan berjalan ke arahya dengan langkah-langkah ringan.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini? Kau tidak sedang menungguku, 'kan?"

"Tidak."

"Aku bercanda."

Lee Jeno tersenyum yang membuat giginya terlihat. Jaemin tidak berpikir ada sesuatu yang lucu padahal.

Jeno memiliki rambut berwarna hitam, bertubuh tinggi sama seperti Jaemin dan atletis, rahang tegasnya memberi kesan seksi. Dia tampan sempurna.

Karena inilah Jaemin dapat mengerti mengapa Jeno begitu populer. Bukan hal yang mengejutkan untuk melihat tanda ciuman di lehernya, ini adalah kebiasaannya. Jeno tinggal di kamar Dream nomor 103.

DAYDREAMS - JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang