2. Seperti burung yang terkurung

1.4K 57 0
                                    

"Aku bagaikan burung sayapnya sakit, tidak bisa terbang bebas dan harus terus terkurung dalam sangkarnya dengan menahan rasa sakit di sayapnya."

-Ayesha Nindia Taleetha-

Sepasang kekasih haram terlihat sepertinya sangat bahagia menikmati ice cream di depan sebuah minimarket. Tak lain lagi itulah Ayesha dan Revan, seusai pulang sekolah pukul tiga, Ayesha mengambil kesempatan untuk keluar ketika Kinan tak ada di rumah, biasanya Kinan akan sampai di rumah larut malam atau bahkan esok pagi, entah sebenarnya apa pekerjaannya, Ayesha bahkan tak mengetahuinya.

Dalam hatinya hanya berdoa agar Mamahnya itu tidak tau jika sekali lagi ia bandel dan nekat keluar rumah demi kesenangannya, apalagi bersama pacarnya.

"Makannya jangan belepotan kayak gini dong, sayang." Jari Revan mengelap bibir Ayesha yang terdapat sisa ice cream.

Tentu saja mendapat perlakuan manis seperti itu Ayesha semakin luluh dan semakin cinta, bagaimana tidak, seumur hidupnya belum pernah merasakan tangan seorang ayah, bahkan Ibu kandungnya sendiri pun bagaikan orang asing di hidupnya.

"Van, kamu bisa nggak sih jangan bikin aku salting terus," ucap Ayesha menahan malu.

Revan malah terkekeh, menurutnya Ayesha itu sangat lucu, wajahnya sangat baby Face, di tambah lagi model rambutnya yang seperti anak kecil.

"Kenapa? Pacar aku salting, ya, cieee." Ia malah menggoda Ayesha.

Usai Revan memakan habis ice cream nya, ia mengelap tangannya sejanak lalu mencubit pipi chubby Ayesha dengan gemas.

"Ihhh, Revan, jangan di cubit dong, sakit tau!"

"Habisnya nggak bisa nahan aku, Ay, kamu tuh lucu banget."

"Kalo aku nggak cantik, nggak lucu, mana mungkin kamu mau sama aku."

Ayesha kembali memakan ice cream nya yang belum habis, sebenarnya bukan hanya baru satu ice cream saja, tapi gadis itu sudah menghabiskan tiga, Ayesha sangat menyukai apapun yang berbau manis, apalagi coklat.

Dengan mata Revan yang tak henti melihatnya, malah semakin membuatnya malu dan bertambah salah tingkah. Hingga setelah Ayesha membuang batang ice cream yang sudah habis, wajahnya ikut menatap Revan dengan sendu.

"Van, aku mau tanya sama kamu." Tiba-tiba wajah Ayesha terlihat sedih.

"Tanya apa sih?"

"Rasanya punya keluarga itu gimana sih? Maaf, soalnya aku nggak pernah ngerasain, aku nggak ada peran orang tua, apalagi ayah."

Ucapan Ayesha itu pun ikut merubah raut wajah Revan, ia sudah paham mengapa Ayesha menanyakannya.

"Ya enak sih, Ay, walaupun ibuku udah meninggal, aku masih punya ayah dan dua saudara. Ya emang sih aku milih buat misahin diri, tapi tetep mereka tempat aku buat pulang."

"Enak, ya, punya rumah, sedangkan aku mau pulang aja harus cari kamu dulu buat neduh."

Perkataan sederhana dari Ayesha itu memiliki arti lain, Revan yang mengerti maksudnya pun segera mendekapnya dan mengelus kepala kekasihnya dengan lembut.

SEMESTA YANG KU CARI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang