13.. Perasaan semu

1.1K 70 19
                                    

"Jika kamu memang semesta yang selama ini ku cari, maka tolong jemputlah aku tanpa melanggar perintah Nya, namun jika kamu hanyalah pelangi yang hanya datang sekejab, maka izinkan aku menikmati keindahanmu sebelum akhirnya sirna dengan sendirinya."

—Ayesha Nindia Taleetha—

Dua orang laki-laki melangkahkan kakinya memasuki gerbang pesantren, mereka berjalan menuju ndalem, kedua laki-laki itu adalah Rizky dan Kak Anam, pada siang hari seperti yang Irzan katakan, bahwa Kyai Zaid menyuruh mereka untuk ikut serta menyambung tamu yang akan datang setelah ashar tadi.

Telah sampai di depan pintu, seorang santriwati yang kebetulan sedang ada jadwal piket ndalem menyapa mereka dengan sopan.

"Assalamualaikum, Mas, mau nyari Pak Kyai, ya?"

"Waalaikumsalam. Iya, Mba, Abi Zaid ada di ndalem?" Jawab Anam menjawab sekaligus bertanya juga.

"Tadi saya lihat Pak Kyai sedang keluar di antar sopir pondok, kata Ning Salwa ada panggilan dakwah, tapi mungkin Gus Irzan sama Ning Khanza ada kok."

"Yasudah, bisa tolong Mba nya panggilkan Irzan saja."

Perempuan itu mengangguk. "Boleh, sebentar, ya, tunggu dulu."

Perempuan itu masuk dengan membungkuk ketika berjalan di depan mereka, memang sengaja tak menyuruh tamu atau siapa saja langsung masuk ke ndalem, karena takut akan merasa lancang.

Beberapa menit mereka menunggu, keluar sosok Salwa yang memakai hijab tanpa jarum.

"Aduh, Kak Rizky, Kak Anam." Salwa gugup melihat kehadiran laki-laki itu yang pasti bisa melihat lehernya, ia pun masuk kembali untuk mengambil jarum.

"Siapa, Sal?" Irzan bertanya saat meluhat adiknya berlari menaiki tangga, namun Salwa yang menanggapi.

Tak mendapatkan jawaban, akhirnya Irzan sendiri yang memeriksa, senyumnya mengembang kala melihat kakak sepupu juga sahabat yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri sudah tiba.

"Wihhh, udah dateng aja, Kak Anam." Irzan memeluk Anam.

"Gue nggak lo anggap?"

"Bosen gue liat muka lo tiap hari." Balasan Irzan memutar bola mata Rizky dengan malas.

"Buat adiknya Kak Anam, pasti Kakak ikut exited dong, Zan," ucap Anam.

Irzan tertawa kecil. "Yuk masuk, Kak, lo juga."

Irzan mengajak keduanya masuk, mereka duduk di ruang tengah yang langsung berhadapan dengan dapur, hanya di batasi dengan tembok beberapa meter.

"Jadi beneran Hesti mau dateng hari ini, Zan?" tanya Rizky.

"Iya."

"Jawaban lo kenapa kagak ga ikhlas gini sih, bukannya seneng udah dapet jodoh, nih gue sampe sekarang masih terus ngirim CV taaruf, tapi belum ada juga yang hasilnya," ucap Rizky dengan wajah melas.

"Lah, ngapain lo cari jodoh online? Emang seyakin apa lo?"

"Ikutan aja sih, sempet ada yang email gue, tapi langsung gue tolak, karena dia janda tiga anak, bukannya apa-apa, cuma gue masih gak sanggup nafkahin empat orang sekaligus."

Gelak tawa terdengar dari mulut Anam dan Irzan, Rizky selalu saja mempunyai seribu cerita lawaknya.

"Bukannya gak bersyukur, tapi Irzan itu, kak, masih berusaha numbuhin rasa ke Hesti, Irzan nggak mau nyakiti dia dengan menikahi tanpa cinta, tapi juga gimanapun harus tetep nerima perjodohan ini karena permintaan dari Bunda."

SEMESTA YANG KU CARI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang