"Perempuan itu terlalu mahal untuk di sentuh dan di tatap secara cuma-cuma, maka dari itu Allah lebih meninggikan derajat seorang perempuan agar tidak mudah di nodai kesuciannya walaupun dia seorang pendosa."
-Irzan Ghazi El-Fathan-
Tepat hari ini, setelah semua rangkaian ujian kelulusan telah usai di hadapi oleh para siswa, kini tinggal mengikuti acara gradudation sebagai perantara kelulusan SMA Tunas bangsa.
Di sebuah gedung yang menjadi tempat berlangsungnya acara wisuda hari ini, Ayesha terus berperang dengan hijab yang dia pakai agar terasa nyaman di kepalanya, tentu saja ini adalah kali pertama seorang Ayesha memakai hijab, itu pun juga paksaan dari Nesa.
Outfit Ayesha untuk wisuda yaitu setelah kebaya warna pink, juga di padukan dengan hijab serupa, di kepalanya tersemat mahkota kecil yang terletak di luar hijab, sementara Nesa lebih memilih memakai gamis sederhana warna biru dengan hijab senada dan menutupi dadanya.
"Heh, tangan lo bisa diem gak! Ikut greget juga gue lama-lama."
"Biarin aja tuh hijab, udah cakep," jengah Nesa melihat polah tangan Ayesha yang sedari tadi tidak mau diam.
"Panas tau, Nes, kayak di neraka."
"Berarti lo udah pernah testimoni di neraka, Ay."
"Halah tau dah, ngomong sama lo lama-lama makin gila gue."
Ayesha mencibirkan bibirnya. Kembali mengotak-atik hijabnya entah mau di buat bagaimana.
Begitu banyak siswa maupun orang tua yang berlalu lalang di gedung itu, semua siswa-Siwi membawa orang tua masing-masing, terkecuali Ayesha, dia tidak bisa membujuk Mamahnya untuk hadir.
"Kayaknya udah di suruh kumpul deh, Ay, kita mending kita cari tempat duduk aja yuk," ajak Nesa yang di ikuti Ayesha.
Seperti wisuda pada umumnya acara kala itu di mulai dari pembukaan, sambutan, pertunjukkan dari para siswa, dan pelepasan.
Tak terasa sudah satu jam berlalu, usai acara pelepasan kelas 12, kini tinggal pengumuman siswa-siswi terbaik angkatan tahun ini.
"Akan saya umumkan, nilai-nilai ujian tertinggi dari tiga murid yang berhasil mendapat nilai unggul di beberapa materi. Bagi nama-nama yang saya sebutkan silahkan naik ke atas panggung."
"Dari kelas IPA, atas nama Ana Nur Afifah, memperoleh nilai 90 di mata pelajaran sains dan biologi."
"Dari kelas IPA lagi, atas mama Darul Anam, memperoleh nilai 95 di mata pelajaran Kimia dan matematika."
"Dan yang terakhir, dari kelas IPS, atas nama Ayesha Nindia Taleetha memperoleh nilai paling tinggi yaitu 98, di mata pelajaran Bahasa Inggris dan sosiologi."
Tiga nama siswa usai di sebutkan untuk naik ke atas panggung, saat mendengar namanya terpanggil, cukup terkejut Ayesha mengetahui dirinya menjadi salah satu siswa terbaik angkatan ini.
"Hua, buruan maju, Ay." Nesa sangat ikut senang dan bersyukur atas perenggangan Ayesha.
"Hah seriusan gue? Salah tulis kali, Nes." Ayesha malah terlihat santai.
Reflek Nesa menjitak kening Ayesha keras, bisa-bisanya namanya sudah terdengar jelas masih saja di pertanyakan.
"Lo mau maju atau gue seret?"
Ayesha pun bangkit dari kursinya untuk naik ke atas panggung menyusul kedua siswa yang sudah berada di atas. Menerima penghargaan, piala, serta piagam sebagai siswa terbaik.
"Saya ucapkan selamat untuk tiga siswa terbaik di angkatan tahun ini. Selanjutnya di mohon memberi kesan dari para siswa unggulan."
Ayesha pun maju dengan wajah sangat santai, tidak bahagia juga tidak terharu. Dia mengambil mik untuk berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA YANG KU CARI
Teen FictionTerlahir dari rahim seorang pelacur bukanlah kemauan Ayesha, namun nyatanya kesalahan yang di perbuat orang tuanya sudah menjadi takdir yang begitu menyakitkan untuknya, tak bernasab dan mendapat kutukan sedari lahir benar-benar menyiksa hidup gadis...