Sebelum lanjut aku mau minta tolong dong sama kalian, tolong jangan panggil aku 'Thor' 'author' atau 'Kak' karena itu terlalu formal banget. Jadi kalian bisa panggil aku 'Bubu' aja biar aku lebih akrab sama kalian juga, dan kita bisa temenan.
Awas aja kalo masih ada yang manggil 'author' atau 'kak' nggak akan up setahun☺️
"Karena, laki-laki yang hanya bermodalkan memberikan coklat untuk meluluhkan hati perempuan itu akan kalah dengan yang memberikan cincin dan mengucap akad."
—Irzan Ghazi El-Fathan—
"Gue pengen jadi perempuan mahal yang nggak mudah luluh dengan gombalan dan coklat, tapi pengen luluh dengan laki-laki yang menghargai seorang perempuan dan memperjuangkannya tanpa cara maksiat."
—Ayesha Nindia Taleetha—
Di kamar yang dia rindukan, setelah sebulan tak pulang karena terlalu sibuk mengurus studionya, kini Irzan menghabiskan waktunya di dalam, setelah duha hingga zuhur laki-laki itu tak kunjung keluar kamar, katanya mau meminati hari terakhir libur karena besok dia harus kembali lagi mengurus usahanya di studio foto.
Di telinganya dia mendengarkan sebuah lagu yang cukup dia gemari dan seringkali di nyanyikan. Mulutnya bersenandung dengan sangat merdu mengikuti lirik yang dia dengar lewar earphone.
"Ku yakin kaulah jawaban..."
"Di setiap pintaku..."
"Walau...."
"Ku belum tau namamu..."
"Bisikan di sujudku..."
"Di sepertiga malamku..."
"Untuk..."
"Kehadirannu, sempurnakan imanku..."
Suara yang dia keluarkan sangat merdu di tambah penghayatannya, karena berada di kamar jadilah dia bisa leluasa karena tak ada yang mendengar.
"Masyaallah, kapan saya bisa menyanyikan lagu ini pada pasangan saya, ya," gumamnya sambil terkekeh.
"Meledagh!" Sebuah suara menyahut dari balik pintu, Irzan menoleh hingga pintu kamarnya di buka oleh adik bungsunya, Salwa.
"Kalo mau masuk tuh salam dulu, bisa?"
"Abang aja yang budeg, orang Salwa udah ngetok dari tadi juga," balas Salwa sambil berjalan menghampiri sang Kakak.
Irzan melepas earphone nya dulu, membenahi duduknya untuk meladeni adik tersayangnya, biasanya Salwa ada maunya jika sudah ke kamarnya.
"Mau minta apa?" Dia langsung bertanya to the point.
"Suudznon terus ih, Salwa mau ngajakin sambung ayat sama tebak-tebakan surah loh."
Irzan lantas tersenyum. "Masyaallah, anak sholehah." Dia memuji.
Salwa berhasil menyelesaikan hafalan nya 30 juz saat dia berusia delapan belas tahun, di usianya sekarang yang menginjak sembilan belas tahun, dia memanfaatkan hafalan nya itu untuk bisa masuk ke kampus impiannya.
"Udah dari dulu." Salwa membenarkan posisi duduknya lalu membuka mushafnya.
"Yang kalah traktir jajan di supermarket, ya." Tawarnya tanpa berpikir, sepertinya dia sudah siap mengajakkan sang Kakak.
"Hah, yang bener kamu? Kayak punya uang aja mau traktir Abang." Sebelumnya Irzan merasa tak yakin.
Salwa mengangguk cepat. "Kan bisa porotin Abi." Salwa terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA YANG KU CARI
Teen FictionTerlahir dari rahim seorang pelacur bukanlah kemauan Ayesha, namun nyatanya kesalahan yang di perbuat orang tuanya sudah menjadi takdir yang begitu menyakitkan untuknya, tak bernasab dan mendapat kutukan sedari lahir benar-benar menyiksa hidup gadis...