"Allah tidak akan mempertemukan dua insan tanpa alasan dan tujuan, jika sudah di takdirkan bertemu maka pasti akan ada kisah yang entah pada akhirnya di takdirkan bersama atau hanya datang sebagai ujian."
—Irzan Ghazi El-Fathan—
"Pertemuan yang tak pernah ku duga ini membawaku pada jurang perasaan yang tidak bisa ku lihat dari orang lain, jika ini adalah kebetulan, maka kebetulan kali ini adalah yang paling ku syukuri karena telah di pertemukan dengan kamu yang berhasil menumbuhkan kekaguman dalam hati."
—Ayesha Nindia Taleetha—
Belum genap sehari semalam berada di pesantren, hidup Ayesha sangat sial, baru masuk dan langsung mendapatkan hukuman karena kejahilannya pada sang Ustadz, gadis itu tak henti-hentinya mendumel dan mengeluh ingin keluar dari penjara suci itu.
"Emang beneran salah habitat ini gue, udah tau tampang gue ini kayak Mba-Mba LC, malah di masukin pesantren, mana betah gue." Kakinya berjalan menuju kamarnya kembali usai membersihkan seluruh masjid.
Hari sudah malam, namun Ayesha benar-benar tak punya keinginan untuk mandi, bahkan bajunya saja belum di ganti, memang sakit otaknya.
"Itu kan santriwati baru yang ngerjain Ustadz Fauqi tadi, ya." Salah seorang santriwati yang lewat disana menunjuk Ayesha sembari berjalan.
Ayesha pun menoleh ke suara yang dia dengar. "Iya? Kenapa? Nggak suka lo?" Balasnya dengan sangat ketus.
"Urakan banget kamu, kenapa bisa, ya, sampe masuk pesantren, pasti bandel banget sampe orang tuanya gak betah."
"Eh kalian gibahin gue sekali lagi nih tangan bakal nonjok mulut kalian, ya."
Merasa sangat tak suka dengan ucapan itu, Ayesha segera berjalan dengan berlari menuju kamar asramanya, daripada kesabarannya menipis.
Hingga sampailah dia sebuah kamar yang menjadi tempat istirahatnya di penjara suci, dia masuk dengan langkah kaki gusar sambil menendang pintu.
Brak!
"Anjir babi gila!"
Tendangan ya itu pun tentu saja mengagetkan dua temannya yang lain, yaitu Sinta dan Aul, mereka yang sudah menata posisi untuk tidur kini bangun lagi karena suara keras Ayesha.
"Ya Allah, Ay, kamu ngagetin aja, padahal aku udah mau tidur loh," ucap Aul.
"Gue lagi badmood."
"Habis di hukum, kan?" tanya Sinta memastikan. "Makannya jangan jahil kamu, dosa tau ngerjain mursyid kita."
"Kalo gue diem nanti dunia sepi."
"Tau lah, terserah kamu, sekarang mending istirahat, nanti bangun tahajud jam tiga, jangan sampe telat lagi." Sinta memberitahu.
Kening Ayesha sontak mengerut, itu adalah hal yang sangat tidak bisa dia lakukan, apalagi di pesantren pasti harus jamaah, juga pasti jam tidurnya sangat sedikit.
"Gue nggak mau," jawabnya lantang. "Kenapa sih jam segitu di suruh sholat, mending tidur lah."
"Dengerin, ya, di waktu sepertiga malam itu adalah waktunya Allah dengan romantisnya mendengarkan doa-doa kita, tahajud itu undangan, jadi siapa yang bisa datang dia adalah orang yang istimewa di waktu itu, karena pas semua orang tertidur lelap kita bangun buat sujud dan berdoa, dan di sepertiga malam itu, adalah waktu yang sangat mustajab untuk berdoa, ibarat anak panah yang sasarannya nggak akan pernah meleset," ujar Aul menjelaskan panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA YANG KU CARI
Teen FictionTerlahir dari rahim seorang pelacur bukanlah kemauan Ayesha, namun nyatanya kesalahan yang di perbuat orang tuanya sudah menjadi takdir yang begitu menyakitkan untuknya, tak bernasab dan mendapat kutukan sedari lahir benar-benar menyiksa hidup gadis...