5. Tak searah

1.1K 52 0
                                    

Beberapa minggu berlalu, setelah serangkaian ujian telah di lakukan, sekarang hanya tinggal ujian kelulusan, dimana ujian akhir sebelum para siswa kelas 12 di wisuda.

Di dalam kelas, siswa-siswi tengah berkonsentrasi berjuang mengerjakan soal ujian di bangku masing-masing, keadaan sangat hening, kadang ada suara batuk dari siswa yang meminta contekan.

"Uyy, Ayesha, kasi tau gue jawaban nomer lima dong," bisik Rio seraya mendorong kursi Ayesha dengan kakinya. Dia duduk di belakangnya.

Ayesha menoleh sekilas. "Bisa diem gak lo, gue lagi berpikir."

"Halah kayak punya otak aja lo. Ay, berbagi itu indah."

"Iya kalo berbagai duit, ini mah berbagi dosa yang ada."

"Diem dulu, nanti gue kasi tau kalo udah ngerti jawabannya."

"Waktu mengerjakan tinggal lima menit lagi, silahkan di teliti dulu, dan bagi yang sudah selesai langsung kumpulkan di depan."

Ayesha kembali mengoreksi soal yang sudah di jawab, masih tersisa beberapa lagi yang menurutnya cukup sulit, walau Ayesha itu sangat bar-bar, namun dia memiliki otak yang cerdas, apalagi pada mapel pelajaran bahasa Inggris.

"Saya sudah selesai, Bu," ujar Nesa yang berdiri membawa lembar jawabannya.

"Baik, Nesa, Silahkan taruh meja."

Nesa berjalan ke depan lalu kembali lagi ke mejanya, sambil Ayesha mengodenya.

"Woi, Nesa, bantuin gue dong."

"Ada kesulitan, Ayesha?" Seorang guru yang betugas mengawasi kelas itu menegurnya.

"Eh, enggak kok, Bu, gampang semua ini mah, sambil ngitungin kancing juga bisa," balasnya dengan cengengesan.

Sang guru memilih tak menggubris ucapan konyol gadis itu, dan kembali mengawasi pada waktu yang tersisa.

Lima menit kemudian saat waktu mengerjakan sudah habis, para siswa di kelas itu secara bergantian mengumpulkan lembar jawaban yang sudah di kerjakan di meja guru.

"Baik, anak-anak, sambil menunggu bel pulang, Silahkan istirahat dulu, dan ingat, tinggal beberapa hari lagi ujian selesai, dan kelulusan kalian di tentukan oleh nilai kalian sendiri."

Tepat bel berbunyi, seluruh siswa berhamburan keluar kelas merasa lega telah berhasil mengerjakan ujian untuk hari ini.

Ayesha berjalan melewati koridor bersama Nesa dan Rio, sembari berbicara tipis agar otak kembali lancar setelah dua jam berpikir.

"Kalian udah pesen bouqet buat wisuda belum?" tanya Rio sembari berjalan.

"Gue buat sendiri, tinggal cari kebaya sama salon doang," jawab Nesa, kemudian dia menatap Ayesha.

"Ay, gue mohon sama lo, kali ini aja, pas wisuda lo pake hijab, ya, nanti kita foto di studio," pinta Nesa.

"Pake hijab?" Ayesha membeo. "Gimana jadinya gue pake hijab, Nes, gak kerasan banget."

"Heh, lo itu cewek, Ay, mending pake hijab daripada pake kain kafan." Rio menyahut.

"Nah bener tuh, ayolah, sekali aja, buat acara penting juga kok, janji deh gue yang bayarin foto di studio, lo tinggal ikut aja. Kebetulan gue udah boking studio bagus banget buat kita."

Sebenarnya belum pernah sama sekali Ayesha memakai hijab, tidak sekalipun, dan tidak pernah kepikiran memakainya, karena pernah sewaktu dia pulang dari masjid di tengah jalan segerombolan emak-emak menggibahinya karena dia terlahir dari rahim seorang pelacur.

Sejak saat itu Ayesha menjadi sangat jauh dari agama karena merasa tak pantas jika anak terlarang sepertinya ingin belajar agama, apalagi berpenampilan tertutup.

SEMESTA YANG KU CARI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang