#. Bab 1 - Abnormal

55 10 12
                                    

Selamat datang di bab pertama!

Vote dulu ges! 🌟 Pembaca baru, jangan lupa buka buku pertama dan kedua, baru baca buku ini, ya! Tapi mohon maklumi karena dibuku pertama penulisan aku masih kacau, dibuku kedua juga masih ketebalan narasi. Semoga buku ketiga bisa menjadi lebih baik agar lebih nyaman dibaca!

30 Vote 🌟 dan 50 Comment 📨 untuk next. Spam comment boleh banget! 😋💗

Enjoy! 🎀

★==========★

“Jangan memukul kepalaku!” pekik seorang gadis muda berusia enam tahunan. Kuncir kudanya bergoyang lembut tatkala kepala kecilnya bergerak-gerak, manis. “Mama!”

Anak laki-laki itu ketakutan, menarik lengan adik perempuannya dengan panik. “Kenapa kau sangat suka mengadu, dasar anak kecil!”

“Kau juga anak kecil!”

Mereka berdua, sepasang saudara kembar berusia enam tahun, saling adu mulut. Keduanya sama-sama memiliki mata abu-abu bersinar dengan surai coklat. Penampilan mereka yang lucu dan imut, menarik perhatian sejumlah orang yang berlalu-lalang.

“Anak-anak, kenapa kalian bertengkar? Di mana orang tua kalian?” Seorang pria berusia 29 tahunan bertanya ramah sembari mendekat. Tingginya hampir mencapai 190 cm, terpaksa anak-anak harus mendongak.

Savi, anak laki-laki tersebut berhenti berkelahi dengan sang adik. Beralih menarik tubuh Sevi ke belakangnya, mata abunya bersinar tajam, “Anda siapa? Jika anda ingin menculik kami. Lebih baik waspadai sekitar anda, di sini ramai orang. Kami bisa berteriak kapan saja!”

Gadis kecil di belakang, mengintip sedikit sebelum berbisik pelan, “Kakak, dia pria yang tampan. Penjahat biasanya berwajah jelek.”

Savi menatap adiknya tanpa bisa berkata-kata. Otak bodoh gadis itu hanya tahu tentang ketampanan seorang pria. “Diam!”

Sevi mengerucutkan bibir mungilnya. Kesal karena dimarahi lagi.

Pria di depan mereka sontak tertawa kecil. Punggung tingginya yang lebar, perlahan turun. Mata hitamnya yang jernih dan cerah, terlihat sangat ramah. “Aku bukan penjahat, aku penduduk sini. Lihat di sana, itu rumahku. Jadi aku bukan penculik. Kenapa kalian bertengkar?”

Savi masih waspada, sampai suara familier sang Ibu datang kembali dari arah belakang pria itu. “Mama!” serunya senang, segera berlari seraya menarik lengan gemuk Sevi. Berlari ke pelukan Ibu mereka.

“Kalian,” nada suaranya pertanda bahwa omelan akan dimulai. “Berapa kali Mama katakan? Selalu di sisi Mama! Kalian baru pertama kali kemari, bagaimana kalau kalian dijahati seseorang atau tersesat? Benar-benar ...” Kepalanya pusing dadakan.

Sevi menarik-narik gaun ungu Sallyana, “Mama, ada pria tampan," ucapnya sesaat kemudian. Sepasang pupil abu bonekanya bersinar terang, begitu bersemangat.

Savi memukul kepala adiknya, “Bodoh! Kau hanya tahu tentang wajah seorang pria!”

“Jangan pukul aku, dasar kutu buku! Bibi Snow berkata, hidup ini harus dijalani dengan menikmati keindahan wajah seorang pria!” Sevi bahkan bersilang tangan, bangga. Lalu berkata lagi, “Aku juga harus menikmati hidup!”

Menghela nafas panjang, sudah berapa kali Sally melakukan hal tersebut? Ratusan kali. Anak kembarnya sangat bertolak belakang, hanya fisik mereka yang mirip.

Savi adalah anak kutu buku, pendiam, namun juga sensitif dan mudah tersinggung. Sedangkan Sevi, putrinya sangat tak tertolong setelah bergaul sebentar bersama Snow. Kesalahan terbesar dihidupnya.

Jangan Berusaha Merayuku, Tuan! - [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang