chapter 三十三

523 61 51
                                    

HAPPY READING

33






Hyunjin sudah sangat siap, Ia tersenyum cerah di hadapan cermin. Ini berbeda dengan pernikahan pertamanya, kali ini tidak ada amarah yang membelenggunya, hanya kebahagiaan yang dirasakan oleh Hyunjin.

Tiba-tiba seseorang memasuki ruangannya.

"Ayah?"

Pria yang di panggil Ayah itu langsung duduk di sofa yang berada di ruangan itu.

"Duduklah." Pintanya.

Hyunjin langsung duduk di samping Ayah mertuanya itu.

"Bagaimana perasaanmu? Apakah masih berdebar? Ini bukan pernikahan pertamamu."

"Ayah benar, tapi tetap saja aku masih merasa gugup."

"Baguslah kalau begitu, itu artinya kau merasakan apa yang kurasakan dulu saat menikahi suamiku. Aku begitu gugup dan takut akan masa depan, apakah aku dapat membahagiakannya nanti? Apakah aku akan membuatnya menangis? Apakah aku akan membuatnya kecewa? Tapi semua rasa gugup itu sirna ketika aku tahu bahwa akan ada kebahagiaan baru yang menghampiriku."

Hyunjin tersenyum mendengarnya.

"Hyunjin."

"Iya Ayah?"

"Mungkin nanti kalian akan kembali bertengkar dan menangis. Tapi semua terjadi karena kalian saling mencintai, semuanya berbeda tidak seperti pernikahan pertama kalian. Kali ini kalian berjuang untuk bersama bukan untuk berpisah."

Hyunjin mengangguk, ia mengerti apa yang Ayah mertuanya maksud.

"Cepat pergi kesana, kau harus berada disana sebelum Felix."

Hyunjin mengangguk lalu berdiri, ia merapikan jasnya. Hyunjin menarik napasnya dalam dan menghembuskannya. Ia melangkah menuju pintu.

"Hyunjin."

Hyunjin berbalik dan menoleh ke arah Ayah mertuanya yang berjalan mendekat.

"Kali ini, tolong cintai putraku dan buat ia bahagia."

Tanpa berkata-kata Hyunjin mengangguk dan tersenyum lembut.

"Pergilah."

Hyunjin melangkahkan kakinya.



©hmnhynjn



Jantung Felix begitu menggebu, rasanya ia ingin melarikan diri dari ruangan itu. Ruangan tanpa jendela itu membuat Felix semakin khawatir, ia tidak tahu keadaan di luar sana dan ia juga sepertinya tidak ingin tahu. Berkali-kali ia berpikir untuk pergi, namun rasanya ia tidak bisa mundur lagi.

Rasanya lebih menakutkan dari pertama kalinya, rasanya lebih menakutkan karena kali ini ia berusaha untuk mencari kebahagiaannya sendiri. Kali ini ia menjadi egois, ia ingin merasakan kebahagiaan yang tidak berani ia mimpikan.

Felix mencubit cubit celananya khawatir, dihadapannya kini ada sebuah cermin besar yang memantulkan bayangannya. Dasi sudah terpasang rapi, jas berwarna biru tua membuat dirinya terlihat siap, tidak seperti mentalnya. Felix mulai khawatir, ia takut histerisnya datang karena terlalu khawatir.

SoulmateWhere stories live. Discover now