Bab 11

135 10 0
                                    

Terimakasih untuk votenya! kuharap vote dan komentar akan meningkat setiap harinya!

Happy Reading ^^

"Aha, akhirnya kau tiba, ini lewat beberapa menit dari waktu yang kamu janjikan," ujar Cage saat melihat Dewa Kematian berdiri di depan.

"Awww, apa kamu mengkhawatirkan ku?" tanya Dewa Kematian yang membuat Cage mendengus pelan.

"Cepat mulai saja rekamannya," ujar Cage yang kembali membuat Dewa Kematian menjadi murung.

"Baiklah, tapi izinkan aku menebus keterlambatan ku dengan rekaman yang akan sedikit ku perpanjang. Silahkan nikmati ceritanya!" ujar Dewa Kematian kembali ceria lalu menghilang diikuti dengan layar yang  kembali menampilkan gambar rekaman.

"Sekarang, mau tidak mau aku jadi semakin terbiasa dengan sikap kurang ajar mu, Cage," ujar Taylor dengan senyum pasrah diwajahnya.

"Dan kamu harus terbiasa untuk kedepannya," balas Cage dengan jahil lalu mengalihkan fokusnya kearah layar yang kini menampilkan pemandangan yang menakjubkan sekaligus indah di mata mereka.

"Indah Sekali," ujar Rosalyn saat melihat berbagai macam bunga indah bermekaran di layar.

Ucapan Rosalyn disetujui oleh mereka semua bahkan termasuk para naga karena memang tidak ada kata yang cocok selain indah yang dapat mendeskripsikan apa yang mereka lihat ini.

"Woahh, indah sekali," bisik anak laki-laki itu sambil melihat sekeliling dengan takjub.

Thames yang mendengar bisikan kagum dari anak itu mau tidak mau membusungkan dadanya dengan bangga.

"Bukankah ini indah? Aku bisa mengatakan kepadamu dalam hal merawat taman, tidak ada yang lebih baik dari Sirius," jelas Thames yang membuat si kecil kembali melihat sekeliling seolah sedang mengabadikan pemandangan indah dihadapannya.

"Oh? Yang merawat taman itu adalah seorang Dewa? Pantas saja itu sangat indah," ujar Violan dengan perasaan kagumnya saat melihat seni indah dihadapannya itu dibuat oleh seorang Dewa.

"Thames? Kenapa kamu ada disini?" tanya seseorang yang membuat layar menangkap penampilan seorang pria dengan keindahan yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata.

"Sekarang aku mengerti kenapa Dewi Waktu menyukai pria itu," gumam Cale sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Ahh, aku jatuh cinta dengan keduanya! Aku lebih mendukung Dewi Waktu dengan laki-laki ini!" ujar Rosalyn dengan rasa riang seolah sedang melihat protagonis pria dan protagonis wanita impiannya.

"Maaf Dewa Takdir, aku juga akan mendukung keduanya," gumam Witira sambil menatap penuh semangat kearah keduanya.

"Sekarang aku mengerti kenapa Dewi Waktu jatuh cinta kepadanya, dengan wajah seperti itu wanita mana yang tidak langsung jatuh hati?" tanya Hannah sambil mendecakkan lidahnya.

Bagaimana tidak? Laki-laki yang mengeluarkan suara tadi memiliki paras yang akan membuat para wanita langsung menjerit dengan rambut putih panjangnya serta tatapan lembut dari iris berwarna ungu mudah teduh itu dan dikombinasikan dengan fitur wajah teduh dengan sentuhan kecantikan sudah lebih dari cukup untuk membuat para nona muda bangsawan jatuh hati kepadanya.

"Siapa yang kamu bawa, Thames?" tanya Sirius dengan pelan sambil menatap anak kecil yang berada di dalam gendongan Thames.

"Dia yang akan menjadi pengganti Dewa Kematian sebelumnya sekligus anak angkatku!" ujar Thames dengan ceria.

"Anak angkat?" ujar Sirius dengan ragu karena menurutnya Thames dengan kata anak tidak pernah berada di dalam bayangannya.

"Sekarang aku lebih khawatir tentang nasib anak itu," ujar Alberu dengan perasaan kasihan yang terlintas di matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

React!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang