11. Fanatic or Maniac?
Jane membuka matanya yang terasa berat, Jane melihat sekelilingnya dan menyadari ia tengah berbaring di ranjangnya hanya terbalut selimut miliknya yang terasa lembab.
Lembab karena keringat dan juga hal lainnya yang membuat tubuh Jane bergetar karena amarah, tangan Jane terkepal siap menghantam sumber permasalahannya namun laki-laki bajingan itu telah kabur.
Selain jejaknya yang tertinggal di seprai dan pada tubuh Jane, tidak ada tertinggal jejak lainnya dari laki-laki itu, menghilang bagaikan ia tidak pernah kemari sejak awal.
Kalau bukan karena tubuh Jane yang terasa remuk, bagian bawahnya yang nyeri dan kebas, dan jejak-jejak keunguan yang tertinggal di tubuhnya, mungkin Jane akan mengira kejadian semalam hanyalah sebuah mimpi.
Jane turun dari ranjang seraya meringis merasakan perasaan tidak nyaman pada bagian bawahnya, Jane berjalan ke arah kamar mandi secara perlahan berniat untuk membersihkan tubuhnya.
Namun belum sempat Jane membuka pintu kamar mandi, pintu kamar mandinya sudah lebih dulu terbuka dan muncul sosok yang membuat kondisi Jane seberantakan ini, keluar dengan rambut basah, bertelanjang dada dan hanya bagian bawahnya yang tertutupi oleh celananya saja.
Dalton tersenyum melihat Jane, sudut bibirnya terangkat ke atas membentuk senyuman miring yang sangat Jane benci, yang membuat emosi Jane membuncah dan hendak melayangkan tangannya untuk meninju wajah menyebalkan Dalton itu namun Dalton dengan cepat menahan tangan Jane dan memutar tubuh Jane hingga Dalton kini menahan pergerakan Jane dari belakang.
Jane bisa merasakan deru nafas Dalton di tengkuknya, juga tetesan air dari rambut Dalton yang basah yang ikut membasahi bahu Jane.
Hidung Dalton mendekat pada daun telinga Jane sebelum Dalton berbisik, "Kau begitu menggemaskan, saat kau bangun yang pertama kali ingin kau lakukan adalah memukulku, sama sepertiku yang saat pertama kali aku bangun instingku mengatakan untuk kembali menghentakmu, ku rasa kita punya kesam—"
Belum sempat Dalton menyelesaikan perkataannya, Jane dengan cepat menarik tangan Dalton sekuat tenaganya, mengabaikan rasa sakit di tubuhnya demi membanting tubuh menjulang tinggi Dalton yang semula di belakangnya itu ke depan hingga punggung Dalton beradu keras dengan lantai.
Jane tidak memberi kesempatan bagi Dalton untuk bangun, Jane mengabaikan kondisinya yang tengah telanjang dan naik ke atas tubuh Dalton, mencekik leher Dalton sekuat tenaganya hingga wajah Dalton berubah memerah karena pasokan oksigennya menipis dan laju pernafasannya terhambat.
Jane mengatupkan bibirnya rapat-rapat, mengeluarkan semua sisa tenaga yang ia miliki untuk mencekik Dalton, namun alih-alih memohon dilepaskan Dalton justru semakin menyeringai lebar dan menyentuh pinggang telanjang Jane dengan kedua tangan besarnya itu kemudian turun ke bawah meremas bokong Jane hingga Jane berjengit dan menjauh dari Dalton.
"Kenapa berhenti, Kiska? Aku baru saja menikmatinya, aku suka saat kau berada di atasku, menunggangiku, mencekikku justru menambah kesan seksimu di mataku." Ujar Dalton seraya mengusap lehernya yang memerah, terdapat bekas cengkeraman kedua tangan Jane di sana.
"Kau gila! Kau benar-benar sudah gila!" Teriak Jane seraya menjauh dari Dalton, tatapan Dalton yang menatap lapar ke arah Jane meski semalam Dalton telah merasakan setiap inci tubuh Jane.
Jane menarik selimut dan menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut, mencengkeram erat-erat selimut tersebut pada tubuhnya.
Tatapan Jane tajam ke arah Dalton, sarat akan amarah, kecewa, kesedihan, dan juga kebencian terhadap Dalton.
![](https://img.wattpad.com/cover/369107702-288-k855800.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[3A] SHATTERED [END]
RomanceDalton Ludovic Konstantine bertemu kembali dengan cinta pertamanya semasa SMA yaitu Jane Austyn yang sekarang bekerja sebagai petinju dengan nama samaran Rabbit Punch. Dalton dibuat bingung namun juga terpesona untuk ke sekian kalinya oleh Jane saat...