12. Goodnight, Little Kiska.
Jane menatap cermin kamar mandi apartemennya, mata Jane menatap nyalang ke arah setiap memar pada tubuhnya, mulai dari memar di kelopak dan bagian bawah matanya, hidungnya yang tersimpan tisu karena mengeluarkan darah, sudut bibirnya yang memar dan sobek, memar pada bagian pipinya.
Dan ketika Jane membuka kaus ketat turtle neck yang ia kenakan terlihat memar-memar lain yang tak hanya ia dapatkan dari pertarungan namun juga melalui Dalton.
Jane sempat mendapat tatapan penuh tanya ketika ia naik ke dalam ring bukan mengenakan sport bra dan boxer seperti biasanya melainkan mengenakan turtle neck ketat yang sengaja Jane pakai untuk menutupi bukti-bukti kejadian semalam.
Leher Jane terdapat memar bekas cengkeraman tangan Dalton semalam, begitu pula pada pinggul dan lengannya, di bawah telinga Jane merambat ke tulang selangka hingga ke dada, perut dan selangkangan Jane, lebih banyak memar yang Jane dapatkan dari Dalton dibandingkan dari lawannya bertanding.
Memar yang Jane dapatkan dari hisapan bibir dan gigitan Dalton, yang membuat Jane mau tak mau kembali teringat potongan demi potongan kejadian malam itu, malam di mana Jane bertingkah bagaikan binatang, membiarkan Dalton menggunakan tubuhnya dan menikmatinya tanpa tahu malu.
Tubuh Jane untuk pertama kalinya terasa begitu lelah, Jane sudah melewati banyak masa sulit dalam hidupnya, bekerja banyak pekerjaan part time, bertanding di ring dengan lawan yang jauh lebih besar tubuhnya di banding dirinya, mengalami keguguran, namun Jane tidak pernah merasakan tubuhnya selelah sekarang ini.
Apakah karena Jane lelah secara mental menghadapi orang yang jadi pemicu dari semua permasalahannya yang berakhir berdampak pada fisiknya?
Jane tidak tahu, yang Jane ketahui adalah tubuhnya saat ini luar biasa sakit dan lelah.
Jane melangkah menuju bath tub, menyalakan air seraya masuk ke dalam dan bersandar menunggu air terisi untuk merendam tubuhnya.
***
Ronald mengerutkan keningnya tak senang dengan sikap Jane yang acuh, karena kekalahan Jane, Ayah Ronald jadi melampiaskan amarahnya kepada Ronald dan Ronald benci itu.
Tidak biasanya Jane kalah, tapi kali ini Jane justru kalah telak tanpa memberikan luka berarti pada lawan, jangankan luka, memar pun tidak.
Handphone di saku Ronald tiba-tiba saja berdering, Ronald merogoh sakunya dengan kasar, namun raut wajahnya berubah senang begitu melihat siapa yang tengah menghubunginya.
Tiffany.
Perawat cantik dengan tubuh indah dan service memukau, wanita yang selalu berhasil membuat Ronald mendapatkan malam yang indah.
Wajahnya yang cantik, dada dan bokongnya yang sintal, gerakan pinggulnya yang membuat pupil mata Ronald terbang ke atas, juga suara desahannya yang bagaikan melodi indah di telinga Ronald ketika Tiffany mendesahkan namanya.
Wanita yang berhasil membuat Ronald kerap lupa dengan Jane, bahkan mulai mempertanyakan alasan kenapa ia masih mempertahankan hubungannya dengan Jane jika Ronald sudah memiliki wanita lain yang jelas-jelas jauh lebih memenuhi keinginannya dibandingkan Jane?
Ronald akui Jane memang jauh lebih cantik, rupa Jane bagaikan bukan rupa manusia, wajah Jane terlalu sempurna, Ronald bahkan sama seperti laki-laki lainnya yang tertarik pada pandangan pertama saat melihat Jane.
Jane lebih cantik dari Tiffany, tapi tubuh mereka sebanding, tubuh mereka sama-sama indah tapi Tiffany lebih menyenangkan untuk ditiduri.
Tiffany tidak seperti Jane yang pasif, Tuffany begitu ahli membuai dan menyenangkan Ronald, selama setahun ini sejak kecelakaan yang ia alami, Ronald tidak pernah kecewa dengan Tiffany.

KAMU SEDANG MEMBACA
[3A] SHATTERED [END]
Roman d'amourDalton Ludovic Konstantine bertemu kembali dengan cinta pertamanya semasa SMA yaitu Jane Austyn yang sekarang bekerja sebagai petinju dengan nama samaran Rabbit Punch. Dalton dibuat bingung namun juga terpesona untuk ke sekian kalinya oleh Jane saat...