Bab 7

66 10 6
                                    

! Kalau ada typo kasih tau ya sayangku

Sore ini langit begitu cerah, jalanan ramai akan orang-orang yang tengah sibuk akan dunianya masing-masing, dan satu pemuda yang sepertinya sedang mencari sesuatu diantara kerumunan. Dirinya menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum akhirnya menyeberang menuju sekolah yang baru pertama kali dirinya lihat.

Tangan kirinya terangkat melihat jam, sudah hampir pukul 6 sore, sudah seharusnya para murid pulang bukan, tapi kenapa orang yang ia tunggu sedari dua jam yang lalu tak kunjung menunjukkan diri. Pemuda tampan itu sedikit memijat pelipisnya, dirinya sudah lelah menunggu begitu lama.

Ia tak bisa menyalahkan temannya itu, memang dirinya yang berinisiatif menemui temannya di sekolah, dan tentu saja tanpa sepengetahuan teman terbaiknya itu. Pemuda tampan itu berdiri di depan gerbang sekolah yang membuat dirinya menjadi pusat perhatian beberapa murid yang baru pulang.

"Hei, apakah kau baru disini? Aku baru melihatmu hari ini," sapa seseorang tiba-tiba yang membuatnya terkejut.

Pemuda itu tersenyum hangat. "Oh ya. Aku disini untuk menunggu temanku," ujarnya ramah.

"Baiklah. Perkenalkan aku Kai, dan orang idiot yang berlari itu Julian, sahabatku." Kai memperkenalkan diri dan menunjuk kearah Julian yang tengah berlari sambil terengah-engah. Pemuda itu mengangguk dengan senyuman hangatnya.

"Aku Iñaki Peña." Iñaki memperkenalkan dirinya pada Kai.

Ntah dari kapan, kini Julian sudah berdiri di samping Kai, masih dengan nafas yang memburu akibat berlari mengejar Kai. "Sialan!" umpatnya pada Kai. Sebelum pada akhirnya ia menyadari adanya orang lain yang tengah memperhatikan interaksinya dengan Kai. "Hei kau siapa?" tanya Julian dengan tidak ramah.

Pemuda itu menaikkan satu alisnya. "Iñaki Peña. Panggil saja Iñaki," jawabnya singkat. Julian mengangguk mengerti dan kembali menatap kearah Kai. "Kau kenal dengannya?" tanya Julian penasaran.

Kai menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku juga baru bertemu dengannya disini." Kai kini menarik lengan Julian untuk segera meninggalkan sekolah dan tak lupa mengucapkan selamat tinggal pada Iñaki.

"Hei! Semoga kita bisa bertemu lagi, ya!" Julian berteriak saat Kai semakin menariknya menjauh dari gerbang sekolah.

5 Menit setelah dua pasang sahabat itu pergi, kini seseorang yang sedari tadi dirinya tunggu menampakkan diri. Iñaki tersenyum lebar. Marc di depan sana tengah menunduk memainkan ponselnya, kebiasaan Marc yang tak berubah. Sudah beberapa kali Iñaki menegurnya untuk tak bermain ponsel saat sedang berjalan.

"Marc." Iñaki menyapa Marc terlebih dahulu saat sahabatnya itu sudah berada tepat di depannya. Yang namanya dipanggil pun mengerutkan keningnya dan mendongak untuk menatap orang yang memanggil namanya.

Marc terkejut dan dengan spontan memeluk Iñaki yang beberapa bulan ini Marc rindukan. Iñaki hampir limbung jika ia tak menjaga keseimbangannya, pelukan Marc begitu erat. Iñaki pun membalas pelukan Marc. Memeluk pinggang sahabatnya.

"Kau! Kau jahat sekali. Sejak aku pindah dirimu tak pernah mengirimkan ku pesan, atau memberitahu kabarmu." Marc sedikit mencibir di pelukan Iñaki. Dirinya menangis di pelukan sahabatnya. Sungguh Marc sangat merindukan pemuda ini, pemuda yang membuat Marc bisa menjadi dirinya sendiri tanpa tekanan dari orang-orang.

Iñaki sedikit menyunggingkan senyumnya dan mengusap rambut coklat lebat milik Marc. "Maafkan aku Marc. Ponselku hilang saat aku dan yang lain tengah berlibur, maaf," ucap Iñaki lembut dan melepaskan pelukan mereka.

Marc mengangguk dan mengusap air matanya, hidung Marc terlihat memerah, sangat ketahuan sekali jika habis menangis. "Lalu bagaimana bisa kau berakhir disini?" tanya Marc.

I'm Sorry, Marc. [Manuel Neuer x Ter Stegen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang