! Kalau ada typo kasih tau ya sayangku
Siang ini begitu terik, dan Marc tengah berbincang di samping lapangan sepakbola sekolah dengan sahabatnya yang sudah beberapa bulan ini tak ia temui.
"Aku besok akan bergabung dengan tim sepakbola sekolah," celetuk Iñaki tiba-tiba yang membuat Marc menoleh. "Sungguh?" Marc mencoba untuk meyakinkan.
Dan Iñaki mengangguk mantap, Iñaki tahu, di tim ada kapten yang tak bisa digeser posisinya, dan Iñaki tahu bahwa Marc sedang berusaha untuk mendapatkan tempat itu. Hanya saja, Iñaki bukanlah maniak sepakbola, ia bermain sepakbola karena itu hobinya, dan di sekolah lamanya ia menjadi cadangan Marc dan Iñaki tak masalah akan hal itu.
Marc menunduk, ia jadi teringat bagaimana susahnya dirinya mencapai posisi nomor satu di tim itu, dan untuk kali ini ia tak mau sahabat terbaiknya juga merasakan apa yang dirinya rasakan.
Iñaki tersenyum simpul melihat kegelisahan Marc dan memeluk pundak Marc. "Marc. Kau mengkhawatirkan ku kan?" tanya Iñaki lembut pada Marc. Marc mengangguk sebagai jawaban, dan lagi-lagi Iñaki tersenyum pada sahabatnya.
"Kau tahu aku kan, Marc? Aku tak apa untuk menjadi kiper nomer berapapun. Justru aku khawatir padamu. Jangan terlalu keras pada diri sendiri, Marc."
Marc mengangguk sebagai jawaban, dan berdiri dari duduknya. "Ayo kita pergi," ajak Marc pada Iñaki, yang langsung disetujui oleh Iñaki.
.
.
.Sore hari ini Marc kembali berlatih bersama tim, hanya saja yang membedakan adalah perlakuan Manu padanya. Manu memang baik, tapi Marc tak menyangkut kaptennya akan begitu perhatian padanya.
Kini Marc tengah duduk di samping lapangan seraya melihat yang lain berlatih, dan tentu saja sang kapten yang sedari tadi berada didekatnya ini.
"Manu," cicit Marc pada Manu yang sedari tadi mengikutinya seperti anak ayam. Marc sedikit terganggu, dirinya tak biasa dengan Manu yang seperti ini.
Manu yang tengah duduk di samping Marc menoleh dan menjawab dengan deheman. Melihat ekspresi Marc yang sepertinya takut untuk mengatakan sesuatu, Manu berinisiatif untuk berbicara terlebih dahulu. "Ada apa Marc? Katakan saja, aku tak masalah," ucapnya dibarengi dengan seringai kecil yang mungkin saja Marc tak menyadari hal itu.
"Hari ini." Marc menjeda sebentar sebelum kembali berujar. "Kau hari ini tampak berbeda. Anu, maksudku. Hari ini, kau selalu menempel padaku, ada apa?" Marc mengatakannya dengan sedikit gugup, jarinya ia gunakan untuk meremas jerseynya.
Lagi-lagi Manu kembali menyeringai kecil. "Ingin tahu, hm?" Manu mendekatkan wajahnya pada telinga Marc, dan mengatakan dengan suara pelan. Membuat Marc membelalakkan matanya dan telinganya sedikit memerah.
"Kenapa diam Marc? Tak ingin tahu alasanku menempelimu selama latihan ini?" Manu bertanya lagi.
Marc dengan pelan mengangguk dan sedikit menjaga jaraknya dengan Manu.
"Aku menyukaimu." Tangannya ia gunakan untuk memeluk pinggang Marc. Yang diperlukan seperti itu tentu saja terkejut, dan mencoba untuk menjauhkan diri dari Manu.
"Sst diamlah Marc." Manu mengusap lembut pinggang Marc dan tersenyum kecil. "Aku bilang aku menyukaimu. Masalah kau tak menyukaiku itu bukan urusanku, aku akan tetap mendekatimu," jelas Manu, masih dengan tangan yang memeluk pinggang indah milik Marc.
Ternyata seperti ini rasanya memeluk pinggang seksi milik Marc, Manu selalu membayangkan bagaimana rasanya menyentuh salah satu bagian tubuh terbaik milik Marc ini, dan kali ini ia bisa merasakannya.
Pelan-pelan Marc mulai melunak dan menoleh kearah Manu. "Sejak kapan?" tanyanya singkat.
Manu kembali menyeringai kecil, dan melepaskan pelukannya dari pinggang Marc. Mengubah posisi duduknya, menghadap tepat kearah Marc. "Dari awal kita bertemu, saat kau datang untuk mendaftar di tim sepakbola," jelas Manu pada Marc.
Yang diberi pernyataan seperti itu sedikit terkejut dibuatnya. Marc bukanlah homophobic atau semacamnya, hanya saja, ini pertama baginya ketika ada seorang pria menyatakan perasaan padanya. Marc tak tahu harus merespon seperti apa.
Marc hanya tahu kaptennya ini selalu tak begitu ramah padanya, ya mungkin akhir-akhir ini pemuda itu memang lebih banyak berbicara padanya daripada sebelum-sebelumnya. Dan fakta baru ini, membuat Marc bingung, banyak hal yang tak bisa ia utarakan.
"Manu," gumam Marc pelan dengan tatapan mata ke bawah, Marc tak mau melihat wajah tampan sang kapten, dan menghindari mata mengintimidasi milik Manu.
"Aku, bingung. Aku tak tahu harus menjawab bagaimana tentang perasaanmu padaku," lanjutnya.
Manu mengangguk paham. Sudah dirinya duga, Marc pasti tak akan bisa menjawab pernyataannya, dan hal ini bukanlah masalah besar. Manu akan melakukan segala cara agar Marc secepat mungkin bisa menjadi miliknya seutuhnya.
"Tak perlu dijawab, Marc. Aku akan berusaha lebih keras untuk mendekatimu, dan mendapatkan hatimu." Manu memeluk bahu Marc dan menggeser badan pemuda itu agar lebih dekat padanya.
Dan sepertinya Marc masih belum bisa memproses apa yang terjadi, dan hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.
"Terima kasih sudah menyukaimu. Maaf aku belum bisa menjawab perasaanmu, Manu," ujar Marc.
"It's okay, Marcie," goda Manu seraya mengusap lembut pipi putih milik Marc.
Oh, Marc tak mengira Manu akan bergerak secepat ini, pipi Marc memanas, dan pastikan memerah seperti kepiting rebus.
"Emm, Manu. Sepertinya latihan yang lain sudah selesai, aku akan pergi kesana." Marc mengalihkan pembicaraan, sedikit menyingkirkan tangan Manu yang masih setia bertengger dipundaknya.
"Milikku," gumam Manu saat melihat punggung Marc menjauh, tak lupa dengan seringainya khasnya itu.
Manu dengan ambisinya tetaplah Manu. Tak ada yang bisa mengganggu gugat akan hal itu, terbiasa mendapatkan apa yang dirinya mau membuat Manu menjadi ambisius dan arogan. Dan untuk kali ini Manu bertekad tak akan melepaskan Marc dengan mudah.
tbc~~~
awokwokwok alay cikk😔
nungguin chapter party party y? 🗿 maybe, just maybe guys, chapter depan udah sampai dipart party ngehehehe itu artinya apaaa? iya, konflik dimulai🗿oh iyaa, Marc sekarang kiper utama Jerman yeay tepuk tangan gaiss🫂
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry, Marc. [Manuel Neuer x Ter Stegen]
FanfictionMarc André Ter Stegen, pemuda yang menyukai sepakbola, pemuda yang sangat suka menjadi penjaga gawang. Bagi Marc sepakbola adalah segalanya, sepakbola adalah hidupnya. Tapi apakah sepakbola akan tetap menjadi hidup Marc, apakah sepakbola masih segal...