Bab 3

79 11 5
                                    

Hari ini Marc pulang lebih cepat dari biasanya, sebab latihan sepakbola sedang libur dan Marc bersyukur akan hal itu. Kini murid pindahan itu tengah berjalan santai menuju gerbang sekolah seraya bersenandung kecil.

"Hai Marc," sapa Joshua yang tiba-tiba saja merangkul pundaknya.

"Hai Joshua," sapa Marc balik, dengan senyuman yang merekah.

"Mau berjalan kaki bersama?" ajak Joshua pada Marc. Yang diajak sedikit memiringkan kepalanya. Dan kemudian tersenyum lagi.

"Baiklah. Ayo Joshua." Marc menarik tangan Joshua pelan.

Hening diantara Marc dan Joshua. Marc yang memang sedikit pendiam, dan Joshua yang entah kenapa hari ini tidak banyak mengoceh. Joshua teringat minggu depan akan ada pesta yang diadakan club bola sekolah. Joshua sedikit bingung, ingin mengajak Marc tapi Joshua takut terjadi apa-apa pada murid baru itu.

Hei ingat, Joshua walaupun berotak mesum dirinya masih memiliki hati nurani. Joshua menyukai Marc, dan Joshua tahu apa yang sering dilakukan anak sekolahnya di pesat pesta seperti itu. Joshua tidak ingin Marc kenapa-napa, dan Joshua tahu kapten timnya pasti akan bergerak cepat jika tahu Marc berada dipesta itu.

"Kenapa diam saja?" Marc yang merasa jengkel dengan diamnya Joshua pun mulai.

Tak kunjung dapat jawaban dari temannya itu, Marc kembali bersuara. "Joshua apa kau tahu tim kita mengadakan pesta minggu depan?"

Oh Marc sudah mengetahuinya. Jadi apa yang harus Joshua lakukan sekarang?

"Hm aku tahu. Kenapa Marc?" tanya Joshua dan menantikan jawaban Marc.

"Tak apa, hanya bertanya." Marc mengedikkan bahunya.

"Mau ikut?" Oh astaga, ternyata mulut Joshua memang tak bisa dijaga. Padahal dirinya sudah menahan untuk tak mengajak Marc, tapi si murid baru justru menyinggung tentang pesta itu.

Marc memanyunkan bibirnya. "Tak apa?" tanyanya.

"Dan ada siapa saja?" lanjut Marc.

"Kapten kita dan beberapa pemain inti. Dan tentu saja kau bebas untuk ikut," jawab Joshua.

Marc mengangguk. "Baiklah Joshua aku akan ikut. Jangan lupa kirimkan alamatnya padaku ya." Marc sedikit tersenyum, mungkin ini akan menjadi salah satu cara agar Marc bisa lebih dekat dengan temannya yang lain, tanpa tahu apa yang akan terjadi nanti pada dirinya.

Joshua sedikit tersenyum kecut. Joshua masih belum rela Marc datang dan anak-anak yang menyukai Marc melakukan sesuatu yang tak senonoh pada Marc.

Sudah lama Joshua menahan hasratnya terhadap Marc. Dan kali ini ia harus merelakan orang lain melihat pesona kakak tingkatnya itu.

"Hei rumahku disana. Sampai jumpa Joshua." Marc melambaikan tangannya pada yang lebih muda.

.
.
.

Pemuda dengan mata biru indah itu kini tengah berguling diranjangnya. Ini bukan kali pertama bagi Marc untuk datang ke pesta, dulu saat ia bersekolah di Spanyol dirinya sering pergi ke pesta bersama temannya, Iñaki. Ah berbicara tentang Iñaki, Marc jadi merindukan temannya itu. Pemuda itu selalu ada dimasa masa sulit Marc. Iñaki menangis semalaman di kamar Marc saat mengetahui dirinya akan kembali ke Jerman.

Sampai saat ini Marc belum mendapatkan pesan dari Iñaki, mungkin temannya itu masih marah padanya, padahal Marc sungguh merindukannya.

Suara ketukan pintu mengagetkan Marc yang tengah berguling-guling itu. "Marc sayang, ayo makan malam," teriak ibu Marc disaat tak ada sautan dari Marc.

Marc sedikit terbebalak kaget, oh astaga Marc lupa untuk makan malam. "Maaf ibu aku akan segera datang," teriak Marc.

Tanpa menunggu lama kini Marc sudah berada di meja makan, dan menyantap makanannya dengan tenang. Beruntung, ayahnya tak mencecar Marc dengan berbagai pertanyaan, tentang perkembangan dirinya di tim sepakbola, dan segala hal tentang Marc yang harus menjadi kiper utama, tanpa ayahnya tahu disana ada Manuel Neuer yang tak tergantikan posisinya.

"Minggu depan temanku mengajak aku pergi ke pesta." Marc membuka pembicaraan. Kedua orang tuanya saling tatap dan tersenyum tipis. Mereka tahu Marc bukan orang yang mudah bergaul, dan saat mengetahui anaknya akan pergi bermain tentu saja mereka bahagia.

"Pergilah. Dan dapatkan banyak teman," goda ayahnya yang membuat Marc sedikit memutar bola matanya sebal.

"Ayah!" rengek Marc pada ayahnya. Ayahnya hanya tertawa ringan melihat putranya itu.

.
.
.

"Bagaimana dengan milikmu itu?" tanya seseorang.

Manu tengah duduk di cafe tempat temannya bekerja. Sekedar untuk menenangkan diri dari berisiknya dunia. "Ya?" Manu sedikit mengerutkan keningnya bingung.

"Marc. Anak baru yang kamu targetkan," ucap teman Manu, Robert Lewandowski, atau Manu biasa memanggilnya Lewy. Sebenarnya Lewy hanya membantu orang tuanya menjaga cafe ini, hanya dimalam hari seperti ini.

"Aku akan melakukannya dipesta nanti. Joshua sudah memberitahuku dia akan datang," jawab Manu dengan smirk di wajah tampannya.

"Secepat itu? Kau bilang pemuda manis itu tak pernah berinteraksi denganmu," jawab Lewy sedikit bingung. Manu hanya tersenyum kecil menanggapinya.

"Kita lihat saja." Manu bangkit dari duduk dan menepuk pundak Lewy. "Terima kasih untuk malam ini, aku akan datang lagi besok sobat." Setelahnya Manu benar-benar meninggalkan cafe Lewy.

tbc~
hayoo kamu mau ngapain manuel Neuer🗿🤨 dikit dulu yaa, next part mungkin agak panjang hehehe

I'm Sorry, Marc. [Manuel Neuer x Ter Stegen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang