17 | Maybe Yes, Maybe No

580 56 8
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Tunggu, tunggu." Gallio tampak kebingungan, menatap Lisa dan Jenny secara bergantian. "Kalian berdua saling kenal?"

Lisa mengernyit, bingung sendiri. "Gue kali yang harusnya nanya kayak gitu. Kalian saling kenal?"

Sementara Jenny hanya diam, mengatupkan mulutnya yang sempat kaget melihat ada Gallio di sana. Dia bertanya-tanya mengapa dia selalu bertemu dengan laki-laki ini di momen-momen yang tidak terduga. Sungguh, dia baru mempertanyakan hal ini sekarang.

Dia juga memperhatikan Lisa yang tampak familiar, seperti perempuan yang kemarin dia lihat bertengkar dengan laki-laki itu. Dan sedikit terkejut ketika menyadari perempuan itu ternyata tau namanya.

Melihat Jenny yang melirik sekilas ke arah lengan Lisa yang melingkar di lengannya, Gallio segera melepas tangan sang adik, membuat Lisa berdecak kesal. Apaan sih, pikirnya. Abangnya selalu bertingkah aneh ketika berada di dekat dengan perempuan yang dia interest. Padahal biasanya, Gallio tidak mempermasalahkan ketika Lisa seclingy itu padanya.

"Jen, ini adik gue, Lisa. Yang pernah gue ceritain."

Oh? Adiknya ternyata, pikir Jenny. Dia salah paham berarti kalau berpikir bahwa perempuan itu... Sudahlah, lupakan.

Jenny mengangguk, tanpa ekspresi apapun. "Halo, Lisa."

"Lo nyeritain apa tentang gue, bang?" bisik Lisa, memiringkan kepala sambil memandang Gallio dengan penuh curiga. "Awas aja kalau ngejelekin gue." Lisa terlalu mengenal tabiat abangnya yang suka menjadiin adiknya bahan bercandaan. Bahkan ke teman-temannya sendiri aja dia ngomong kalau Lisa masih suka ngompol di tempat tidur. Which is itu tidak benar sama sekali, tapi Gallio berhasil membuat Lisa diledeki temannya. Like, dude, pengen rasanya dia menendang pantat Gallio karena itu.

Gallio hanya melirik Lisa dengan tatapan sinis. "Berisik!" katanya sambil menoyor pipi adiknya, yang meski diusahakan berbisik, tetap saja terdengar oleh Jenny.

"Hai, Kak Jen," sapa Lisa ramah. "Gue adik kelas elo di SMA," lanjutnya sambil menatap Gallio. "Ini Kak Jenny yang pernah gue bilang bang, yang sering menang olimpiade bawa nama sekolah tapi ngga keterima di universitas negeri."

Belum sempat Jenny merespon, Lisa sudah menyela. "Kak, sumpah gue kagum banget sama elo. Anak-anak kelas gue banyak yang pengen pintar kayak elo. Tips and trick jadi pinter dong, Kak?"

Gallio mengernyit. "Dih si bocil sempat-sempatnya nanya tips and trick," batinnya.

Jenny tersenyum tipis, merasa sedikit terharu dengan pujian itu. "Makasih, Lisa. Sorry, aku sebelumnya ngga terlalu ngenalin adik-adik kelasku."

JENNY PRISKILLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang