"Apakah anda memiliki alergi terhadap suatu makanan? Misalnya seafood, kacang, atau yang lainnya?
"Dari dulu saya ga ngerasa punya alergi apa pun, dok. Saya juga udah makan berbagai macam makanan tapi baik-baik aja, cuman sate tikus aja yang belum pernah saya makan"
Sang dokter terlihat sedikit terkejut akan jawaban sang pasien dihadapannya, namun ia buru-buru mengubah ekspresinya lalu terkekeh pelan.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan saya, anda tidak mengalami penyakit apapun. Mungkin saja bentol-bentol itu berasal dari alergi yang tidak anda sadari dan ketahui apa penyebabnya, atau bahkan bisa disebabkan karena anda tidak intens dalam hal membersihkan badan. Untuk sekarang saya pun belum bisa memastikan. Saya akan kasih resep obat dan salep, anda bisa meminumnya setiap hari dan mengaplikasikan salep nya setiap sehabis mandi.
Sang dokter yang bername tag "Joshua Alexander" itu pun segera menuliskan resep obat yang harus ditebus oleh pasien dihadapannya.
Setelah menerima resep obat, sang pasien berterimakasih lalu segera keluar meninggalkan ruangan itu.
Sadam, sang pasien yang memeriksakan diri tadi menghela nafasnya panjang. Ia berjalan kembali ingin menebus obatnya, setelah mendapatkan obat itu ia mampir sebentar kekamar rawat ghara.
Sadam mengetuk pintu sebentar, lalu masuk setelah mengucapkan salam. Ia terkejut kala melihat Ghavin yang sedang duduk di sofa sambil menyantap seporsi kwetiau yang dibungkus dengan styrofoam.
"Loh, ga kerja, bang." Tanyanya sambil duduk disamping Ghavin.
"Kerja, ini lagi istirahat. Mau?" Tawar Ghavin sambil menyodorkan sesendok kwetiau.
"Enggak, gue udah kenyang" tolak Sadam sambil mengelus perutnya.
Ghavin mengangguk, lalu melanjutkan makannya dengan khusyuk.
"Bang Danny mana, bang?"
"Kerja. Tadi gue iseng doang mau makan siang disini, taunya ga ada orang yang lagi jaga ghara"
"Yang lain masih pada kelas, bang. Gue juga rasanya males banget jagain ghara, lagi ga enak badan"
Ghavin menoleh kearah Sadam, dapat ia lihat bibir Sadam terlihat sedikit pucat dan matanya yang agak layu. Ghavin tidak menyadarinya, sedari tadi ia terlalu sibuk akan kwetiau nya.
"Kalo gitu pulang aja, mau Abang anter gak?"
"Trus ghara gimana?"
"Ntar minta tolong sama yang lain aja kalo udah pada balik"
Sadam mengangguk lemah. Semua gerak gerik Sadam tak luput dari pandangan Ghavin, pria itu sering kali terlihat risih dan beberapa kali menggaruk-garuk badannya.
"Kamu udah periksa, dam?"
Mengerti akan maksud pertanyaan Ghavin, Sadam pun mengangguk.
"Udah, bang. Tapi kata dokter nya gue ga kenapa-kenapa, alergi juga ga ada. Gue udah nebus obat tadi, sekalian salep" ujarnya menunjukkan sepelastik obat-obatan yang tadi ditebusnya.
Ghavin bergeming. Ia menatap mata Sadam dalam-dalam, kemudian menghembuskan nafas panjang.
Ada sesuatu yang ingin ia katakan, tapi ia bingung harus memulai dari mana. Pun ia takut kalau-kalau Sadam tidak mempercayai perkataannya.
🩸🩸🩸
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, udah pulang bang?" Mirza mengangguk, lalu mendudukkan dirinya di sofa sebelah Daffa.
"Yang lain kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbal Kost Seruni (SACRIFICE) | TREASURE ✔️
УжасыKehidupan ke-12 pemuda didalam suatu bangunan yang dinamakan "Kost Seruni" yang penuh dengan keceriaan dan gelak tawa kebahagian yang sudah digariskan oleh takdir. Namun bagaimana jika teriakan kebahagiaan itu berubah menjadi teriakan ketakutan, dan...