"Gue keluar dulu, mau beli makanan"
"Gue ikut bang" Jeje mengacungkan jari telunjuknya, Danny mengangguk untuk mengiyakan.
"Bang, gue nitip nasi goreng dong" Aksa menyodorkan selembar uang berwarna biru kepada Danny yang langsung ditolak olehnya.
"Gausah, biar gue yang beliin"
Usai berucap demikian, Danny bangkit lalu meninggalkan ruang rawat Juni dengan ditemani Jeje. Mereka yang ada disana tersenyum senang, karena donatur terbesar untuk perut mereka itu kalo gak Ghavin, ya Danny.
"Hahh. Ghara belum sembuh, sekarang bang Juni" Daffa menghela nafas.
Keadaan di ruangan ini begitu hening, sehingga membuat suara sekecil apapun bisa didengar oleh mereka.
"Namanya juga kecelakaan, daf. Lebih baik kita doain aja baik Juni ataupun ghara semoga cepat sembuh. Ntar malam jadi kan pengajian?" Tanya Jidan yang ditanggapi anggukan oleh teman-temannya.
"Ntar sekalian kita doain Juni juga" lagi dan lagi, hanya anggukan yang didapat Jidan.
"Mobilnya bang Juni gimana, bang?"
Aksa memukul kecil kepala belakang Jefri.
"Yeuu, mikirin mobil"
Jidan hanya menggeleng melihat kelakuan keduanya.
"Katanya mobilnya hancur parah, keadaan Juni juga parah banget waktu itu. Untung pas gue nyampe Juni udah didalam IGD. Kalo engga bisa-bisa udah pingsan gue liat keadaan dia" ucap Jidan dengan sedikit bumbu-bumbu hiperbola diakhir kalimatnya.
"Kasian, untung bang Juni orang kaya" Haris menatap sayu kearah Juni yang tak kunjung sadarkan diri.
"Si anyink, malah ikutan mikirin mobil" Aksa geleng-geleng melihat Haris.
Tidak sengaja, Ghavin menoleh kearah Sadam dan mendapati wajah lelaki itu sudah banyak bentolan bernanah sama seperti yang ia lihat dileher Sadam waktu itu.
"Dam, itu bentolannya makin parah ya? Obatnya ga manjur?" Tanya Ghavin berbisik.
Sadam menggeleng pelan. "Kayaknya engga deh, bang. Bukannya mereda malah makin parah"
"Ntar sore ikut gue ya, ketemu kakek gue"
Sadam mendongak menatap Ghavin. "Ngapain bang?"
"Udah, ikut aja"
"Ngapain bisik-bisik?"
Suara Mirza mengalihkan perhatian keduanya. Lalu menggeleng bersamaan.
"Dam, mending lo berobat ketempat lain deh. Mungkin aja itu obat yang kemarin ga cocok di elo"
Sadam hanya mengangguk mendengar usulan Mirza. Semua teman-temannya memang sudah mengetahui kondisinya saat ini. Bagaimana tidak? Orang wajahnya sudah dipenuhi oleh bentolan itu.
🩸🩸🩸
"Rumah kakek lo jauh lagi, bang?"
Ghavin menggeleng. "10 menitan lagi sampai kok"
Kini keduanya sedang berada didalam mobil Ghavin menuju rumah kakeknya, usai berpamitan kepada teman-temannya dengan alasan Sadam minta temani Ghavin untuk membeli sesuatu.
Hening. Sampai akhirnya panggilan Ghavin membuat Sadam tersadar dari lamunannya.
"Dam. Lo ngerasa ada yang aneh gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbal Kost Seruni (SACRIFICE) | TREASURE ✔️
HorrorKehidupan ke-12 pemuda didalam suatu bangunan yang dinamakan "Kost Seruni" yang penuh dengan keceriaan dan gelak tawa kebahagian yang sudah digariskan oleh takdir. Namun bagaimana jika teriakan kebahagiaan itu berubah menjadi teriakan ketakutan, dan...