Juni menuruni tangga dengan santai sambil sesekali bersiul. Tadi ia habis dari kamar Ghavin untuk mengembalikan charger yang ia pinjam, karena charger miliknya ketinggalan dirumah sakit saat menjenguk ghara tadi pagi.
Saat ia hendak memasuki kamarnya, tak sengaja matanya tertuju kehalaman belakang. Dapat ia lihat disana ada Jidan yang sedang merokok sambil melamun. Tanpa ba-bi-bu ia langsung menghampiri teman sebayanya itu, takut tiba-tiba diculik genderuwo.
"Ji, ngapain lu? Ngelamun aja" Ucapnya usai memukul pelan pundak jidan.
"Nyebat doang, kek gapernah liat orang nyebat aja lu" jawab jidan sinis.
"Abisnya tampang lo kek orang dikejar rentenir. Ada masalah lo?"
"Masalahnya gue ya tentang ni kosan"
"Hah? Perasaan ni kosan aman-aman aja dah, malah lebih tentram karena penghuninya sekarang pada ga banyak tingkah"
"Aman, gigi lu. Ga liat kah masalah ghara, Mirza sama Jefri?" Ucap Jidan dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Y-ya, iya sih.." ucap Juni sambil mengusap-usap lehernya, merasa tak nyaman pada jidan.
"Lo masuk deh, gue bentar lagi juga mau masuk"
"Yaudah deh. Jangan kemaleman lo masuknya, anginnya lagi gaenak"
Setelah mendapat deheman dari Jidan, Juni beranjak dari kursi yang sedang ia duduki di halaman belakang ini, ingin segera kembali kekamarnya. Namun saat ia melewati dapur, ia melihat Jidan berdiri disana sambil mengaduk teh. Juni terdiam sejenak, mengucek-ngucek matanya lalu melihat kearah halaman belakang dimana masih ada Jidan disana sambil melamun menghisap batang rokok.
Sosok Jidan yang ada di dapur tiba-tiba berbalik menghadap Juni, membuat ia sedikit tersentak.
"Kenapa Jun?"
"Ngapain lo?"
"Bikin teh, mau?"
Juni menggelengkan kepalanya ribut. "Enggak, gue mau tidur."
Sosok itu terkekeh lalu menyeringai lebar, "mau tidur atau sudah tau?"
Mendengar jawaban dari 'Jidan' itu,
Juni langsung berlari kearah tangga. Bulu kuduknya berdiri sebadan-badan, tujuannya saat ini adalah kamar Ghavin.Juni menggedor-gedor kamar Ghavin dengan brutal. Saat sosok Ghavin sudah tiba dihadapannya dengan wajah keheranan, Juni tiba-tiba mencubit pipi Ghavin dengan kencang hingga pipi putihnya terlihat memerah. Takut yang didepannya ini bukan Ghavin, sama kayak Jidan tadi.
"AWWW, SAKIT JUNIOR!" Pekik Ghavin sambil memegangi pipinya. Saat menyadari bahwa didepannya ini sepertinya betulan Ghavin, Juni langsung mendorong tubuh Ghavin untuk masuk kembali kedalam kamar, menerobos masuk tanpa disuruh sang empunya kamar lalu mengunci pintu kamar itu.
Ia menarik tangan Ghavin menuju ranjang, dan mendudukkan dirinya disana. Ghavin yang kebingungan hanya bisa diam menatap teman kostnya ini, ingin bertanya tapi ia urungkan saat melihat raut wajah ketakutan yang sangat kentara di wajah Juni.
"Jidan ada dua" ucap Juni tiba-tiba.
"Hah?"
"Di dapur dan dihalaman belakang dalam waktu bersamaan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbal Kost Seruni (SACRIFICE) | TREASURE ✔️
HororKehidupan ke-12 pemuda didalam suatu bangunan yang dinamakan "Kost Seruni" yang penuh dengan keceriaan dan gelak tawa kebahagian yang sudah digariskan oleh takdir. Namun bagaimana jika teriakan kebahagiaan itu berubah menjadi teriakan ketakutan, dan...