17. Jidan ketakutan, semuanya kesiangan

27 3 0
                                    

Udara sejuk yang dihasilkan oleh hujan di tengah malam membuat siapa saja betah bergelung didalam selimut, tak terkecuali Juni. Namun dengan sangat terpaksa ia harus membuka matanya saat tenggorokan nya terasa kering.

Ia bangkit dari tidurnya, menjangkau gelas yang selalu ada dinakas samping tempat tidurnya. "Ck. Gue lupa ngisi, lagi" decaknya saat mendapati gelas itu kosong.

Juni turun dari ranjangnya, berniat ingin mengambil air didapur. Ia berjalan gontai, sesekali terhuyung karena nyawanya yang masih mengawang entah kemana.

Saat ia sudah tiba didepan dapur, samar-samar ia melihat bayangan seorang wanita tua di penghujung tangga paling bawah. "Nenek?" Ia mengucak-ngucak matanya, memastikan kalau ia tidak salah lihat, memastikan bahwa wanita didepannya itu betulan sang nenek.

"Lah iya ini beneran nenek" ucapnya saat pandangannya tak lagi buram, dan bisa ia lihat dengan jelas bahwa wanita didepannya ini adalah neneknya.

"Nenek kapan kesini? Dianterin siapa? Kok enggak minta jemput Juni?" Tanya Juni bertubi-tubi sambil berjalan menuju sang nenek.

"Pergi!" Ucap wanita tua itu dengan mata yang menatap tajam kearah Juni, juga tangan yang menunjuk kearah pintu utama kost.

Juni yang dapat perlakuan seperti itu merasa heran. "Maksud nenek apa? Siapa yang pergi?"

"Pergi, Juni. Pergi sebelum terlambat" ucap wanita itu lagi.

"Pergi kemana, nek?"

"Pergi, Juni. Pergi sebelum terlambat"

Juni terdiam menatap sang nenek dengan keheranan. Juni bingung apa maksud dari ucapan beliau, juga ia seperti merasa aneh saat melihat neneknya. Tapi ia tidak tahu itu apa.

"Pergi, Juni. Pergi sebelum terlambat"

Lagi, Juni dibuat keheranan akan neneknya yang terus mengucapkan kalimat itu.

"Pergi, Juni. Pergi sebelum terlambat"

"Nek, Juni gak nge-

DUAR

Suara petir menyambar entah kemana, pintu kaca menuju halaman belakang yang tidak tertutup oleh apapun membuat cahayanya masuk kedalam rumah membuat penglihatan Juni menyilau.

Juni tersentak akan suara itu, menutup kedua matanya saat keterkejutan melandanya. Saat ia membuka mata lagi, tidak ia dapati wanita tua yang ia sebut 'nenek' tadi.

Iya, wanita itu telah menghilang entah kemana hanya dalam hitungan detik saja.

"Nek?" Panggil Juni. Ia mengedarkan pandangannya kesana kemari, namun tak ia jumpai sosok sang nenek.

"Nenek?" Juni mengintip ke lantai atas dari anak tangga nomor 3, namun sepenglihatannya juga tidak ada bayang-bayang neneknya disana. Pun tidak mungkin neneknya yang sudah tua itu bisa menaiki tangga dalam hitungan detik saja.

"Nenek dimana?"

DUAR

"NENEK!!"

-

"NENEK!"

Juni terbangun dengan nafas terengah-engah, keringat membanjiri seluruh tubuhnya. Dinginnya hujan serta AC yang menyala seakan tidak berfungsi untuk mendinginkan tubuh nya.

"Mimpi nya kok serasa nyata banget" Juni bergumam seraya mengingat-ingat kejadian dimimpinya tadi.

"Eh bentar" seketika raut nya menjadi bingung. Ia merasa janggal akan sesuatu pada neneknya.

"Ah!" Juni menjentikkan jarinya seakan mengingat sesuatu.

"Nenek gue kan udah meninggal, anjir" ucapnya saat mengingat bahwa sang nenek sudah meninggal tiga tahun yang lalu.

Tumbal Kost Seruni (SACRIFICE) | TREASURE  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang