"Berita terkini! Kamis, 8 Agustus 2004. Seorang pemuda laki-laki berinisial SG yang berusia 22 tahun ditemukan tewas dengan mengenaskan disebuah kost khusus laki-laki.
Jenazah mengalami luka bernanah di sekujur tubuhnya, bahkan beberapa kulitnya sampai terkelupas saat di evakuasi. Saat ini je-
PIP!
Jidan mematikan saluran televisi yang sedang menayangkan sebuah berita informasi yang membuat semua temannya menundukkan kepala, bahkan Jeje dan Daffa sudah menitikkan airmata nya sejak tadi.
Kini ke-9 pemuda itu sedang berkunjung ke ruang rawat inap Ghara, sudah genap 4 bulan Ghara dirumah sakit tapi tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan ia akan segera sadar.
Kedua orang tuanya juga sudah dikabari oleh Danny, mereka tidak mempermasalahkan perihal Danny yang berusaha menyembunyikan hal ini dari mereka, yang mereka pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya membuat Ghara segera sembuh dan tersadar dari komanya.
Untuk Bu Runi.. sampai sekarang tidak ada terdengar kabar apapun dari beliau. Danny dan yang lainnya masih terus berusaha untuk mencarinya bahkan pernah melibatkan kepolisian, namun hasilnya tetap nihil.
Danny mengalihkan pandangannya dari TV yang baru saja dimatikan oleh Jidan kearah luar jendela yang terbuka. Ia menghela nafas panjang nya sambil memikirkan rentetan kejadian yang belakangan ini menimpa ia dan teman-temannya.
"Andai waktu bisa diputar, gue mau bawa Sadam pergi bareng-bareng sama kita. Gue mau berusaha buat sembuhin dia, sama seperti Haris yang berhasil kita sembuhin usai keluar dari kost sialan itu." Gumam Danny dengan pandangan kosong kearah jendela.
"Lo terlalu egois, lo selalu menganggap apa yang lo pikirin itu benar. Gue udah bilang bisa aja Sadam selamat walau kecil kemungkinannya." Ucap Jidan dengan emosi yang tertahan.
"Separah-parahnya kondisi Sadam saat itu, seharusnya kita tetap ada buat dia. Walau nihil buat sembuh, seharusnya kita tetap nemenin dia disaat-saat terakhirnya. Lo sendiri yang bilang kalau kita ini udah kayak keluarga." Ghavin yang duduk disebelah Danny pun ikut menimpali.
Juni mendekat, menepuk pundak Danny pelan. "Sekarang sudah terlambat, mau lo menangis meraung-raung juga gabakal bisa balikin semuanya."
Mendengar perkataan dari adik-adiknya membuat Danny makin merasa bersalah dan hanya bisa menundukkan kepalanya, rasa penyesalan yang hinggap dilubuk hatinya begitu besar. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Sadam saat mereka pergi meninggalkannya sendirian, ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan sedihnya Sadam ketika menghadapi saat-saat terakhirnya seorang diri tanpa keluarga dan teman-temannya.
"Gue jahat, gue emang ga pantas dapat maaf dari Sadam"
"Bukan cuma lo yg salah, bang. Kita juga salah. Andai salah satu dari kita ada yang lebih keras buat menentang lo, andai ada yang keras kepala buat berusaha ngajak Sadam ikut sama kita, semua gak akan berakhir kayak gini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbal Kost Seruni (SACRIFICE) | TREASURE ✔️
TerrorKehidupan ke-12 pemuda didalam suatu bangunan yang dinamakan "Kost Seruni" yang penuh dengan keceriaan dan gelak tawa kebahagian yang sudah digariskan oleh takdir. Namun bagaimana jika teriakan kebahagiaan itu berubah menjadi teriakan ketakutan, dan...