9. Hari sial gak ada di kalender

38 4 0
                                    

Suasana meja makan pagi ini terasa hening, seluruh penghuni kost terdiam mendengarkan cerita yang dialami Sadam tadi malam sembari menunggu Jefri dan Mirza menyelesaikan masakan mereka.

"Makanya kalo dibilangin tuh nurut! Kalo gue bilang jangan keluar kamar ya jangan keluar" nasihat Ghavin.

"Kan gue takut, bang. Mau tidur bareng Daffa" cicit Sadam sambil menundukkan kepalanya. Tangannya meremas-remas ujung kaosnya, ia takut dengan Ghavin yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

Danny hanya duduk diam tanpa ingin melerai. Toh juga ini salah Sadam, dan nasihat dari ghavin itu menurutnya benar. Tapi pikirnya mungkin Sadam ini menganut prinsip 'larangan adalah perintah'.

"Gue juga pernah ngalamin sesuatu yang janggal"

Setelah semua atensi mengarah kepadanya, Haris memulai ceritanya.

"Waktu itu gue sama Jeje nyebat di halaman belakang, terus Jeje bilang mau kedapur ngambil minuman. Ga lama habis itu gue liat Jeje keluar dari dapur terus langsung naik ke lantai dua. Gue bingung mau kemana tu anak, terus gue susulin. Pas gue mau naik tangga ada suara Jeje manggil gue dari arah dapur, pas gue liat ternyata bener itu Jeje. Merasa ada yang janggal gue langsung lari naik ke lantai dua buat nyari Jeje tapi gak ada, padahal gue yakin selama gue jalan dari halaman belakang menuju dapur itu Jeje gak ada turun, pas gue tanya Jeje juga katanya gak ada naik ke lantai dua."

"Ahh. Iya iya gue ingat! Lo langsung mau nginep di kamar gue waktu itu, ga berani tidur sendirian dikamar lo" Seru Jeje antusias.

Mereka semua merinding usai mendengar cerita Haris.

"Makan dulu, ntar kesiangan" ucap Mirza yang datang dengan sepiring ayam goreng dan tahu tempe ditangannya. Dibelakangnya ada Jefri yang membawa ulekan berisi sambel terasi.

"Busett, pagi-pagi udah nyambel aja"

"Kalo lu berdua akur tuh seluruh penghuni kost rasanya tentram banget dah. Kemarin-kemarin usus gue rasa keriting makan mie rebus mulu" Ucap Aksa sambil ikut rebutan makanan bersama yang lain.

Haris yang duduk disampingnya menoyor kepala Aksa sehingga empunya terhuyung kesamping.

"Ya elu, dikasih uang buat beli makan malah beli mie doang" ucapnya kesal

"Ya kan uangnya gue tabung. Durhaka lu sama gua, ris. Main toyor aja!" Aksa pun tak kalah kesal, namun ia tidak ada niatan untuk membalas tangan laknat seorang Haris Hadiyatama.

"Kok ini kosan sekarang jadi angker gini ya" gumam Jeje pelan.

"Kurang ibadah kali lo pada" Jidan menyahut dengan tampang yang dibuat sesongong mungkin.

Gini-gini Jidan tuh gapernah absen sholat, tingkat kealiman nya hampir bisa menyaingi Ghavin. Bahkan hampir setiap subuh suara merdu Jidan saat mengaji menggema keseluruh penjuru kost, sebelum ia memulai aksi nya membangunkan anak-anak kost menggunakan pantat panci.

"Ntar malem kita adain pengajian kecil-kecilan deh, sekalian doain ghara juga" ucap Ghavin dan diangguki semua teman-temannya.

Selanjutnya tidak terdengar lagi adanya percakapan disana, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring.

Salah!

Ternyata bukan kata 'tidak' yang tepat, melainkan 'belum'. Karena sekarang terdengar suara-suara keributan dari Haris dan Jeje yang berebut ayam goreng bagian paha.



*****



"Juni!"

Juni yang sudah tiba diambang pintu itu membalikkan badannya kala mendengar panggilan dari ghavin.

Tumbal Kost Seruni (SACRIFICE) | TREASURE  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang