Disebuah kamar dilantai 2, terdapat seorang laki-laki yang terlelap diatas kasur dengan nyenyaknya. Di penglihatannya sekarang menunjukkan bahwa ia sedang kehilangan sesuatu yang sangat berharga, ia hanya sendirian berlari-lari mencari-cari sesuatu yang bahkan tidak ia ketahui itu apa.
Yap! Anak itu sedang bermimpi, tak ia hiraukan pulau-pulau kecil yang ia ciptakan diatas bantalnya.
Tanpa ia sadari ia sedikit membuka matanya, dapat ia lihat terdapat bayangan hitam yang sedang mengendap-endap memasuki kamarnya. Namun lagi-lagi tak ia hiraukan, ia kembali menutup matanya dan melanjutkan mimpi yang tadi sempat tertunda.
🩸🩸🩸
"SELAMAT PAGIII!"
Jeje berjalan dengan gembira kearah dapur, dapat ia lihat kalau disana hanya ada Mirza yang duduk seorang diri sambil menikmati nasi kuning bungkus dihadapannya.
"Loh, bang Mirza sendirian aja?" Tanyanya sembari duduk didepan Mirza.
"Hu'uh" jawab Mirza yang masih mengunyah makanan didalam mulutnya.
"Bang Mirza ga masak?"
"Engga"
"Bang Mirza beli nasi dimana?"
"Depan gang"
Jeje menengok kearah tempat sampah, terdapat beberapa gulungan kertas bungkus nasi yang sudah dinodai oleh minyak-minyak makanan didalam sana.
"Yang lain makan nasi bungkus juga, bang?
"Iya"
Jeje menghembuskan nafasnya kasar, ini sudah pertanyaan keempat yang Jeje lontarkan kepada Mirza, tetapi laki-laki itu hanya menjawabnya singkan tanpa menoleh kearah dirinya.
Selang beberapa menit, Mirza mengangkat kepalanya menatap kearah Jeje. Jeje yang merasa bahagia pun membuka mulutnya berniat ingin mengajak Mirza mengobrol.
"Nasinya ada sebungkus lagi di deket kompor. Kalo lo percaya sama gue lo makan aja, kalo ga percaya gausah dimakan. Ada uang sisa kembalian didalam plastiknya, lo beli sendiri aja"
Usai mengatakan itu, Mirza berlalu pergi kelantai 2 tempat dimana kamarnya berada. Hari ini ia tidak kerja, baru saja sebelum kedatangan Jeje ia menelepon karyawannya, memberitahu kalau ia ada urusan mendadak dan tidak bisa masuk kerja.
Jeje mengantupkan lagi mulutnya, perasaan sedih dan bersalah mendadak hinggap dilubuk hatinya. Ia bangkit untuk mengambil nasi yang tadi diberitahukan oleh Mirza, namun saat netranya tak sengaja menatap kearah bak sampah, ia merasa ada sesuatu yang janggal.
Ia melihat banyak sekali nasi disamping gulungan kertas bungkus nasi yang tadi ia lihat dari meja makan. Langsung saja ia angkat gulungan bungkus nasi itu dan saat itu juga nasi berjatuhan dari kertas bungkusan yang ia pegang sampai mengotori lantai, bahkan terdapat lauk satu potong ayam dan satu butir telur yang masih utuh. Ia yakin bahwa nasi ini masih belum termakan.
Pikirannya langsung tertuju kepada Mirza, apakah tadi masih ada yang menyalahkannya atas kejadian ghara kemarin, apakah ada yang tidak percaya dan tidak ingin memakan makanannya?
Jeje kembali kearah meja makan dan membuka bungkusan nasi itu, lalu memakannya dalam keadaan airmata yang sedikit menetes dari pelupuk mata tajamnya.
"Kenapa keadaannya jadi kayak begini, gue yakin bukan bang Mirza pelakunya"
🩸🩸🩸
"Lo kok gitu sih, Jef? Dia itu Abang lo, dia lebih tua dari lo!" Aksa menarik tangan Jefri yang sedang berjalan didepannya, sehingga membuat empunya berbalik menghadap kearah Aksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbal Kost Seruni (SACRIFICE) | TREASURE ✔️
HororKehidupan ke-12 pemuda didalam suatu bangunan yang dinamakan "Kost Seruni" yang penuh dengan keceriaan dan gelak tawa kebahagian yang sudah digariskan oleh takdir. Namun bagaimana jika teriakan kebahagiaan itu berubah menjadi teriakan ketakutan, dan...