Final chapter [1/2]

121 11 1
                                    

Terlalu cepat menyimpulkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlalu cepat menyimpulkan.

Barangkali itulah yang terjadi pada keadaan sekarang di mana bubuk racun yang sudah tertelan nyatanya memang tidak sepenuh hilang dari dalam. Awalnya benar hari-hari setelah kepulangan dia ke rumah tetap normal tidak ada masalah namun setelah menginjak hari ke-15 sedikit-sedikit perubahannya sudah mulai hilang timbul. Mulanya dia jatuh demam, menggigil hingga tidak bisa bangun dari ranjang. Bedrest total sampai-sampai tidak bisa mengurus diri bahkan untuk menggerakkan tangan sekalipun selain Maria yang sigap bersamai bantu temani. Tidak ada kemajuan kesehatannya kembali naik justru semakin drop dan begitu pendarahan besar di atas ranjang membludak banyak keluar. Dia merasa ada getaran halus di perutnya sebagai awal dari kontraksi dan puncaknya nanti kelahiran. Keringat mulai menetes di dahi merambat mengguyur mengguyur punggung. Kini dia duduk di pinggir tempat tidur selagi mencoba menenangkan diri dengan napas yang tersengal sesak. Tidak benar dirawat sendiri, maka dari itu Maria tentu saja tak akan berpikir panjang untuk segera membawa anaknya ke rumah sakit kembali.

“Ayo! Ayo cepat. Ayah akan menggendongmu kebawah.” Maria ribut didepan pintu.

Keringat di dahinya terlihat juga bercucuran deras. Tentu saja Maria shok, tapi bukan berarti itu dijadi alasan ia hanya bisa diam ikut mematung kaku tak berbuat apa-apa. Dengan tangan gemetar ia bantu membersihkan rembesan darah yang mengalir ditengah ranjang, mengganti bajunya lalu lari kebawah memanaskan mobil sekaligus memberitahu suaminya untuk menggendong anak mereka kebawah. Tidak mungkin dibiarkan jalan sendiri karena itu akan alot dan memakan waktu.

“Tetap berusaha untuk bernapas dengan tenang. Meski sulit terus usahakan. Tidak lama perjalanan dari sini ke rumah sakit,” kata Hajun menarik bawah lutut dan menopang belakang punggung bersamaan. Dia lalu berjalan menuju pintu kamar, menuruni tangga dan mendudukkan yang di gendongan kedalam mobil dan mereka menuju rumah sakit bersama-sama.

“Ponselku,” ujar Jungkook pelan kebelakang. Sorotan matanya yang segaris penuh permohonan. “Bawa. Aku harus menghubungi seseorang.”

“Apa lagi sih sudah kritis seperti itu masih memikirkan hal tidak penting!” Maria menaikkan oktaf suaranya marah. Hal yang perlu dipikirkan Jungkook sekarang adalah kesehatan dan kondisi tubuhnya. Tidak usah mengikutsertakan hal lain apapun itu tak terkecuali.

“Ibu bawa.” Jungkook balik menjerit.

“Astaga! Iya ibu ambilkan.”

Maria mengerang lalu terpaksa memutar tubuhnya kembali menaiki tangga ke atas guna mengambil ponsel yang tergeletak mati di atas ranjang tertinggal. Tadinya memang tidak akan dibawa karena benda ini tak begitu penting saat ini. Tetapi karena sudah diminta lebih baik turuti saja atau Jungkook akan frustasi sendiri karena gagal menghubungi seseorang yang ingin sekali dia beritahu. Entah siapa tapi sepertinya penting sekali mengingat dia yang paling diingat dari saat-saat sulitnya.

Jungkook duduk di kursi mobil dengan ekspresi wajah yang menunjukkan rasa sakit dan tidak nyaman semakin parah. Helaan napasnya pendek-pendek dan pandangan mata sedikit-sedikit sudah mulai kabur dengan sendirinya. Di samping Maria memegang tangannya dengan erat, sementara Hajun menyetir dengan cepat agar mereka bisa mempersingkat waktu untuk segera sampai namun tetap berusaha hati-hati karena memikirkan keselamatan yang dibawa juga tak kalah penting sepanjang perjalanan menuju rumah sakit sekarang. Didalam mobil keadaannya dipenuhi dengan tensi tegang maksimal, Maria mengulum bibir tak banyak bicara baik itu untuk menyuruh suaminya lebih cepat atau afirmasi untuk anaknya agar bisa tenang supaya aliran napasnya tetap stabil. Kendati dia memilih bisu genggaman tangan yang menguat jelas menyiratkan dia sedang ketakutan. Begitupun dengan Hajun tak jauh berbeda di mana telapak tangannya yang basah disertai bulir keringat dari dahinya yang berjatuhan besar.

[21+] The Mask of Angle 2; Right Person, Wrong Place Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang