Oniel baru saja pulang mengantarkan gracia, ia emutuskan untuk langsung masuk kedalam kamarnya bermaksud ingin merebahkan badannya setelah berkegiatan seharian full.
"Loh aku kira kamu udah pulang." Ucap oniel ketika melihat kia yang ternyata ada di dalam kamar nya.
"Aku nginep disini, soalnya mommy lagi pergi ke rumah oma." Jawab kia yang fokus memainkan handphone nya tanpa melirik oniel.
"Owh." Oniel mengangguk paham.
"Aku liat-liat kamu makin deket sama ci gracia, kalian berdua ada hubungan?" Tanya kia.
"No, we're just friends." Jawab oniel.
"Really?" Kia menatap oniel.
"Of course, lagian kayaknya gak ada yang aneh dari interaksi aku sama ci gre." Jawab oniel.
"Kalo ada hubungan juga gapapa sih, tapi bukan nya kamu suka sama chika? kenapa malah deketin ci gre? Dan kamu juga akhir-akhir ini ngehindar dari kita." Oniel nampak terkejut, darimana kia tau jika ia menyukai chika.
"Aku tau dari lulu, awalnya sih aku kira dia bercanda tapi pas kak gita bilang kamu suka sama chika itu bikin aku percaya, soalnya kak gita yang lebih kenal sama kamu." Lanjut kia.
"Iya aku emang suka sama chika, tapi aku gamau bikin persahabatan aku sama dia itu jadi hancur dan aku gak ngedeketin ci gre, aku sama ci gre itu cuma temen dan kita berdua akrab itu gara-gara gak sengaja apalagi ci gre itu sepupu ci shani dan temennya kak sisca."
"Kalo kamu ngejauh kaya gini sama aja kamu bikin persahabatan kita jadi hancur, kalo kamu tulus, perjuangin bukan kaya gini."
"Kalo aku perjuangin chika, yang hancur bukan cuma persahabatan kita tapi pertemanan aku sama ara juga bakalan hancur, kamu tau sendiri kalo ara juga suka sama chika." Mendengar jawaban dari oniel, kia pun menggelengkan kepalanya.
"Itu terserah kamu niel, tapi yang harus kamu inget jangan sampe perasaan kamu ke chika malah bikin persahabatan kita yang udah terjalin dari lama hancur."
"Kalo boleh aku kasih saran, mending kamu buang aja perasaan kamu ke chika." Oniel mengerutkan dahinya.
"Kenapa?"
"Karena menurut aku perasaan gajelas kamu itu bakalan bikin hancur persahabatan kita." Mendengar ucapan kia membuat oniel sakit hati, namun oniel sadar bahwa yang dikatakan kia itu benar.
"Aku bakal usahain." Ucap oniel sembari menatap langit-langit kamar.
"Oh iya menurut aku chika lebih cocok sama ara ketimbang sama kamu dan aku lebih percaya chika sama ara ketimbang sama kamu."
"Aku mau tidur, kamu juga mending tidur besok kita masih sekolah." Ucap kia.
"Kamu duluan aja, aku laper mau makan dulu." Jawab oniel.
"Yaudah." Kia pun tidur, sedangkan oniel memilih untuk keluar kamar dan berjalan menuju ruang tengah.
Oniel masih memikirkan ucapan kia barusan, ada rasa sakit yang oniel rasakan ketika kia mengatakan bahwa perasaan nya kepada chika adalah perasaan tidak jelas.
Apalagi ketika kia berkata seolah-olah ia tak pantas untuk chika. "Kia bener gue gak pantes buat chika yang pantes itu ara dan perasaan gue cuma hama yang bisa bikin persahabatan dan pertemanan gue hancur."
Oniel duduk di sofa ruang tengah sembari merenung, sampai akhirnya ia tertidur di sofa karena merasa sangat kantuk.
"Niel bangun, udah jam setengah 6 pagi." Ucap naomi membangunkan oniel.
"Engh udah pagi ya bu?" Tanya oniel dengan suara khas bangun tidur.
"Iya niel, kok kamu tidur disini? Kenapa gak tidur di kamar bareng sama kia?" Tanya naomi.