Bar & Boy 3

239 37 16
                                    

Seumur hidup, hingga sekarang usianya 24 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Seumur hidup, hingga sekarang usianya 24 tahun. Felix tidak pernah mengira bahwa ia akan menjual dirinya saat dewasa. Terlebih lagi dirinya menyukai saat tubuhnya menerima kekerasan hingga diambang batas kewarasanya.

Bertemu dengan Hwang Hyunjin sedikit banyak telah mengubah hidupnya. Belum lama memang, mungkin setengah tahun sejak pertama kali dirinya memutuskan untuk tidur dengan pria yang tiga tahun lebih tua darinya itu.

Setidaknya ia tidak perlu pusing lagi dengan masalah keuangan, meski raganya harus remuk untuk mendapatkan uang itu. Tapi bukan hidup namanya kalau semua baik-baik saja. Ibunya sekarang sudah menetap dirumah sakit, adik pertamanya sudah diterima di universitas kotanya. Meski awalnya anak itu menolak tapi dengan berbagai bujukan yang Felix berikan akhirnya adiknya mau melanjutkan pendidikan. Sedang adik bungsunya masih berada di kelas dua menengah atas.

Bukan mengapa, Felix sendiri merasakan bagaimana sulitnya ia mencari pekerjaan tanpa background pendidikan yang tinggi. Tidak apa-apa ia menjadi tidak punya harga diri asal masa depan adiknya bisa menjadi lebih baik.

Pertama kali ia mendapatkan uang dari hasilnya melacur adalah dari Hyunjin, pria itu berkata padanya untuk menuliskan berapapun yang ia mau. Jujur saja saat itu Felix menulis nominal yang cukup tidak masuk akal bagi seorang pemula. Ia sempat berpikir apakah ia terlalu tamak atau bagaimana. Terserah saja yang penting ia bisa menutup semua persoalan keuangan saat itu.

Namun setelah melalui pengalaman pertamanya bersama cucu konglomerat itu, ia merasa bayaranya justru kurang. Badanya remuk redam. Dari pada dibilang bersetubuh, pria itu lebih tepatnya dibilang menyiksanya manusia untuk kepuasan pribadi.

Tanpa persiapan apapun, lubangnya dimasuki berbagai sex toys yang dimiliki si Hwang muda. Mulutnya disumpal dengan gag ball, tubuhnya terasa seperti dibelah dua, belum lagi saat pria itu mulai menyetubuhinya secara langsung. Rasa-rasanya mungkin Felix tidak akan berakhir hidup, apalagi ditambah stamina pria itu yang seperti tiada habisnya.

Kala itu Felix sempat melihat sudah ada cahaya yang masuk dari celah-celah tirai kamar tanda hari sudah pagi sebelum kesadaranya hilang.

Tenaganya habis. Ini sungguh persetubuhan yang gila, namun yang lebih gila lagi adalah dirinya yang bukanya trauma malah merasa bisa menerima perlakuan gila Hyunjin dalam bercinta.

Penunjuk waktu di ponselnya menunjukkan pukul 5 sore saat matanya terbuka kala itu, sudah ada senampan hidangan masih lengkap dengan tutup di meja. Seumur-umur baru kali ini ia merasa dijamu sebaik ini. Apakah ini juga termasuk bayaran menjual tubuhnya?

Felix benar-benar terkesan. Apakah semua pelacur mendapatkan perlakuan seperti ini? Maksudnya adalah ia paham setelah tubuhnya digunakan dengan semena-mena mungkin ini untuk membayar rasa kemanusiaan begitu?

Membersihkan diri meski dengan kesulitan karena sakit diseluruh badanya akhirnya selesai setelah beberapa menit. Kemudian ia duduk di sofa panjang yang empuk untuk mengisi perutnya.

Jika ia tau dari dulu ia akan bisa makan makanan enak seperti ini kenapa tak dari dulu saja ia menjual dirinya? Orang berkata itu sangat menjijikan dan rendah. Tapi siapa perduli? Siapa yang mau menolong hidupnya kalau bukan dirinya sendiri? Tidak ada.

"Persetan."
Ucapnya ditengah-tengah kunyahanya.

Felix melihat ponselnya, kemarin setelah mengirim bayaran dari ponsel Hyunjin ia belum sempat melihatnya. Senyumnya merekah kala melihat nominal yang ada dalam rekeningnya. Belum pernah ia memiliki angka sebanyak ini. Tanpa menunggu lagi ia mengirimkan hampir seluruhnya pada rekening adik pertamanya dan kemudian mengabari jika mereka bisa membereskan kebutuhan-kebutuhan yang ada.

"Kak, dari mana semua uang itu?"

"Dari gajiku."

"Gaji? Hanya gaji? Tidak mungkin kan?"

"Apa yang tidak mungkin. Aku sungguh bekerja, kau tidak usah berpikir macam-macam. Sekarang yang paling penting biaya pengobatan Ibu, juga biaya kuliahmu. Oh, ganti rugi yang ditangguhkan pada Jerry juga. Pokoknya tutup semuanya, kalau masih kurang katakan padaku."

"Kak..."

Felix mendengar nada keraguan dari seberang sana. Ia paham, adiknya tidak sebodoh itu untuk mempercayai ucapanya.

"Karin.. Dengar. Apapun yang sedang kulakukan, aku hanya ingin menutup semua masalah keuangan keluarga kita."

"Itulah kenapa aku ingin bekerja saja tidak perlu kuliah Kak. Aku justru menambah permasalahan keuangan kalau begini."

"Kau pikir semudah itu? Aku ingin kau memiliki pendidikan tinggi setidaknya kau akan lebih mudah mencari pekerjaan."

"Tapi Kak.."

"Karin. Kita sedang berbagi tugas sekarang. Aku akan mencari uang untuk segala keperluan dan kau mengaturnya dirumah, menjaga Ibu dan Jerry juga mengatur kuliahmu. Maaf. Maaf sekali aku merepotkanmu."

"Tidak. Jangan bilang begitu. Aku juga minta maaf. Kami merepotkanmu, tidak bisa membantumu."

"Hei.. Jangan menangis. Aku baik-baik saja disini. Jadi kau jangan banyak pikiran. Bilang pada Ibu juga tidak perlu memikirkan uang, aku akan mendapatkanya lebih banyak lagi."

"Kak. Kakak yakin ini bukan sesuatu yang berbahaya? Seperti.... Kau tau? Sekarang ada banyak sekali yang terlibat narkoba dan obat-obatan."

"Tenang tenang. Aku tidak ikut yang seperti itu. Sudah kubilang kau tenang saja. Baiklah. aku harus mulai bekerja. Kututup telponya ya?"

Hanya begitu saja.
Felix tidak kuasa kalau harus melanjutkan obrolan mereka karena pasti akhirnya ia akan menangis. Entah menangisi apa, tapi jika dengan keluarganya perasaanya begitu lemah. Menangisi jalan hidupnya mungkin.

Si cantik itu bersiap keluar dari kamar VVIP milik Hyunjin, passcard-nya terletak di nakas dekat pintu. Juga ada sebuah catatan disana. Memintanya untuk menelpon jasa pembersihan kamar jika ia sudah akan keluar. Felix melakukanya dengan santai lalu keluar dari kamar itu. Ia sedikit merasa kesulitan berjalan, bagaimanapun bokong dan area lubangnya masih terasa ngilu.

Ia sempat bertemu seseorang di koridor sebelum menaiki lift untuk pulang. Seorang pria yang terlihat begitu dewasa dan berwibawa. Keduanya bertatapan untuk beberapa saat. Karena sudah terbiasa menjadi pelayan di balik meja bar, Felix pun memberinya senyum khas pekerjaanya. Ia sempat melihat orang itu seperti akan mengatakan sesuatu, namun pintu lift sudah tertutup.

Felix rasanya ingin cepat pulang dan tidur. Ia masih memiliki beberapa jam sebelum jam pekerjaanya dimulai. Dan sepertinya ia mendapat keberuntungan yang melimpah kali ini, karena baru saja bosnya, Christian mengiriminya pesan bahwa malam ini ia tidak perlu bekerja tapi tetap datang karena ada yang ingin pria itu sampaikan.

Rasa penasaran muncul dibenaknya, tapi itu semua kalah dengan rasa lelah dan keinginanya untuk tidur segera. Toh, ia akan menemukan jawabanya nanti.







========================
BAR & BOY
========================

HyunLix DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang