Ac 4

8 3 0
                                    

Di lain tempat yakni pesantren Darrul Hikmah. Terdapat satu keluarga yang tengah berkumpul untuk membicarakan acara haul kiyai hasan pemilik pondok pesantren yang sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Acara akan di laksanakan besok sore di kediaman pesantren atas saran putra putrinya.

"Untuk makannya nanti, mau ambil catering atau kita masak sendiri?"Tanya bunda mutia anak kedua.

"Gimana kalau kita ambil catering biar gak perlu repot repot. Kan pasti banyak yang datang ke haul ini, gak mungkin kita masak dalam porsi yang banyak juga"usul bunda maya anak ketiganya dan bunda mutia menganggukan kepalanya.

"Ada saran mau pesan catering di mana?"Tanyanya lagi.

"Kemarin salsa bilang ada resto di desa sebelah yang makanannya enak dan tradisional gitu. Umi, salsa dan zaki sudah pergi kesana dan mencobanya, dan ya emang bener enak masakannya. Gimana kalau kita kesana supaya bisa survei langsung"saran pak hakim anak laki laki pertama kiyai hasan.

"Boleh kira kira kapan kita kesana?"Tanya bunda maya dan bunda mutia berbarengan.

"Nanti sore setelah selesai dengan perlengkapan yang lain"kata pak hakim dan mereka berdua menganggukan kepalanya.

Muhammad Hasan Al hakim adalah pendiri pondok pesantren di bandung yang memiliki ratusan santriawan dan santriawati. Beliau adalah sosok kiyai yang mampu mengayomi santrinya tanpa membedakan kasta dan derajat. Terkenal dengan sosok lemah lembut dan dermawan, orang menyebutnya dengan kiyai hasan.

Sosok beliau yang selama ini lemah lembut, mampu membuat para santri betah dengannya. Tapi, mereka harus kehilangan sosoknya yang pergi meninggalkan semua orang karena penyakit asam lambung yang di deritanya.

Kiyai hasan mempunyai seorang istri yang bernama Siti Hafsoh atau sering di panggil umi hafsoh/nek hafsoh. Dari pernikahan keduanya di karuniai 3 orang anak, anak yang pertama di beri nama Muhammad Hakim Al hikmah, anak keduanya Mutia Ramadhanti, dan anak ketiganya Maya Sopianti.

Kembali ke sisi pesantren. Setelah membicarakan persiapan haul ayahanda mereka, masing masing kembali ke tugasnya. Ada yang kembali mengajar, ada yang sedang mengurusi anaknya dan banyak yang mereka lakukan di pesantren itu.

Di sebuah kamar yang bernuansa hitam, seorang pria tengah duduk sambil mempelajari kitab yang ada di tangannya. Ketika sedang pokusnya membaca, terdengar  ketukan di luar yang membuatnya harus bangun dan membukakan pintu.

Tok
Tok
Tok

"Kak"panggilnya.

"Sebentar bund"jawab seorang pria yang mengenali suara di balik pintu.

Ceklek

"Lama banget bukain pintunya"omel sang bunda.

"Maaf bund tadi lagi baca kitab"katanya.

"Yasudah titip adik kamu sebentar. Bunda mau keluar sama paman sama bunda may"

"Dimana hilwa?"Tanya pria itu.

"Di teras lagi main sama ustadzah nurul. Sana jagain, bunda keluar dulu"ucapnya dan pria itu menganggukan kepalanya.

Setelah sang bunda pergi, ia masuk kedalam sebentar untuk mengambil kunci mobil. Baru setelah itu ia pergi ke teras menemui adiknya. Terdengar suara ketawa anak kecil ketika dia melangkahkan kakinya di teras.

"Asalamualaikum"salamnya.

"Eh waalaikumsalam ustadz, ada yang bisa saya bantu?"Tanya ustadzah nurul yang sedikit kaget karena kedatangan pria yang ia panggil ustadz itu.

"Saya mau ambil adik saya"dinginnya.

"Boleh ustadz silahkan"jawabnya yang sedikit gugup.

Pria itu menganggukan kepalanya dan mengambil sosok anak kecil perempuan untuk ia gendong. Ustadzah nurul menghela nafasnya setelah kepergian ustadz tadi. (Aura nya serem amat ya tuh ustadz, serasa mau copot nih jantung) Gumam ustadzah nurul dan lantas pergi keluar rumah ndalem karena tugasnya sudah selesai.

Nafeesha nurul azkiya, atau yang di kenal ustadzah nurul adalah sosok pengajar di pondok darrul hikmah sekaligus abdi ndalem yang selalu menjaga cucu dari pemilik pondok tersebut. Yaitu hilwa, jadi tidak heran jika ada kesibukan di pesantren, hilwa akan di titipkan kepada dirinya.

Di dalam mobil anak kecil itu sudah ia dudukan di kursi samping bersebelahan dengannya.

"ilwa au di awa ke ana?"Tanya gadis polos itu.

"Jalan jalan"jawabnya yang sudah menyalakan mobil dan berjalan keluar rumah.

"Yey alan alan"girang anak kecil itu.

Pria itu hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya dan kembali pokus menyetir untuk membawa pergi sang adik ketaman bermain yang masih sekitaran daerah sini. Abizar Zaki Al Ghifari adalah anak pertama dari ayah yang bernama Yusuf Al Ghifar Dan Ibu yang bernama Mutia Ramadhanti, dari pernikahan keduanya di karuniai putra dan putri, putranya pertama nya tadi bernama Zaki dan sang adik Hilwa Zakiya Al Ghifari, atau sering si sebut Hilwa. Perbedaan usia di antara mereka sangat jauh, zaki yang berumur hampir mau 27 tahun sedangkan sang adik baru berusia 3 tahun. Jarak umur yang cukup jauh tidak membuat zaki merasa malu di usianya yang sekarang ia mempunyai seorang adik, karena baginya kebahagiaan sang bunda ada pada adiknya.

Almeera Chairunnisa(si pemilik mata teduh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang