Ac 13

3 1 0
                                    

"Tidak ada pertemuan jika tidak ada perpisahan, tidak ada angin kalau tidak ada hujan. Tidak akan Allah pertemukan kita kembali, jika tidak ada hikmah yang Allah selipkan di dalamnya"

-Puputmput159

Setiap dari kita pasti akan merasakan perpisahan dengan orang orang terdekat kita. Masa lalu yang tidak bisa di ulang lagi, hanya akan menyimpan kenangan begitu indahnya untuk selalu di ingat.

Masa kecil adalah hal yang selalu di dambakkan semua orang, bagaimana tidak? Kita rindu dengan sosok anak kecil yang dulunya tidak tau apa-apa selain hanya bermain, makan dan tidur. Berbeda dengan kita sekarang. Kita di tuntut untuk bisa berdiri di kaki kita sendiri, memendam semuanya sendiri, kita di tuntut untuk dewasa, di tuntut untuk bisa segala hal. Terkadang kita mengharapkan hidup yang lebih baik dan sesuai dengan ekspetasi kita selama ini. Tapi hidup tak selalu sesuai dengan keinginan kita, dan kita hanya bisa belajar menerima alur yang harus kita nikmati.

Di sebuah ruang tamu, mereka semua tengah berkumpul. Kedatangan sosok yang selama ini tidak mereka sangkakan yang akhirnya bisa bertemu setelah bertahun-tahun lamanya. Setelah acara ritual peluk berpelukan antar wanita, mereka memilih duduk dan lanjut mengobrol.

"Mba gimana kabarnya?"Tanya bunda syifa.

"Alhamdulilah mba aku baik"

"Pak bayu dimana mba?"Tanya pak azka yang tidak melihat keberadaan sosoknya.

"Hmm mas bayu sudah meninggal pak. Setelah kalian keluar dari kontrakan itu, tak lama kemudian suami saya meninggal, sekarang yang urus resto saya sendiri"curhatnya.

"Innalillahi wa inna illahi raji'un, maaf ya mba kami baru tau sekarang. Maaf juga kami tidak bisa datang waktu itu, karena kita kehilangan nomor mba"sesalnya.

"Ahh tidak apa apa pak, yang berlalu biarlah berlalu ya hehe"kekehnya. "Oh iya, itu anak mba sama pak azka?"Tanya ibu dwi yang melihat keberadan dua sosok pria tampan di samping bunda syifa.

"Iya kenalkan mba, ini anak pertama kami namanya ikhsan temannya ica. Kalau satu lagi namanya ilham adiknya ikhsan"tuturnya yang menyebutkan siapa mereka dan bu dwi menganggukan kepalanya.

"Bunda, ica dimana?"Tanya ikhsan yang sedari tadi mencari cari keberadaan ica.

"Ica sebentar lagi pulang, kita tunggu ya"ujarnya dan ikhsan mengiyakan.

Mereka melanjutkan obrolannya sambil menunggu kedatangan ica, mereka menunggu sekitar 15 menit dan tak lama kemudian mereka mendengar suara motor berhenti di depan rumah bu dwi. Yang mereka yakini itu ica.

"Asalamualaikum."

Ketika sampai di ruang tamu, alangkah terkejutnya wanita itu karena tidak hanya ada sang ibu melainkan ada beberapa orang di sana.

"Waalaikumsalam, duduk dulu nak"titahnya dan meera menganggukan kepalanya setelah menyalami tangan dua perempuan yang ada di sana.

"Icaa"panggil pria itu dengan wajah bahagia dan senyuman yang tak pernah pudar.

"Bang ikhsan"ujarnya yang terkejut melihat sosok pria di depannya.

"Iya ini abang, kamu masih ingat?"Tanyanya.

"Ingat dari lesung pipi"jawabnya dan ikhsan terkekeh pelan mendengar jawaban ica.

Awalnya ikhsan terkejut ketika melihat ica berpakaian seperti itu. Gamis yang panjang dan penutup muka yang ica pakai, membuatnya tidak bisa melihat kecantikan ica sekarang. Ikhsan berusaha tidak mempermasalahkan hal itu, dan senang akhirnya mereka bisa bertemu kembali.

Ica dan meera adalah orang yang sama, ikhsan sengaja memanggil meera dengan sebutan ica karena dirinya ingin beda dari yang lain. Seperti itulah ucapan ikhsan kecil dulu.

Cerita yang ayah ikhsan ceritakan waktu itu adalah keluarga meera, dan mereka dulu bertetangga dan sangat dekat. Hingga mereka harus berpisah bertahun-tahun lamanya dan kini di pertemukan kembali. Mereka kembali melanjutkan obrolannya dan abang meera ikut hadir dan mendengarkan cerita keluarganya dulu bersama keluarga ikhsan.

Sedangkan di sisi lain, seorang pria tengah menatap gadis itu dengan ekspresi yang sulit di jelaskan. Siapakah dia?

Almeera Chairunnisa(si pemilik mata teduh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang