Ac 18

3 2 0
                                    

Zaki masuk ke dalam kamar sang bunda dan setelah itu ia menaruh sang adik di kasur. Bunda mutia langsung pergi berkumpul bersama para ustadzah yang lain, sedangkan zaki berjalan menghampiri sang umi di belakang rumah, setelah menitipkan sang adik ke salah satu santriawati yang di tugaskan menjaga hilwa di kamar.

Berjalanan dengan langkah kaki pelan dan tegap, ia melihat sang umi sedang duduk di gazebo yang tersedia untuk keluarga pakai sehari hari.

"Umi"panggil zaki.

"Eh, zaki"ujar sang umi dan zaki menyalami tangannya.

"Duduk nak"titah umi.

"Umi ada apa manggil zaki?"Tanya zaki yang duduk di sebelah sang umi.

"Umi hanya ingin mengobrol saja dengan Zaki, karena kedua cucu umi yang lain sedang sibuk dengan aktivitasnya. Hilwa masih kecil, belum bisa umi ajak mengobrol berdua seperti ini hehe"ucapnya sambil terkekeh pelan.

"Oh iya, umi mau tanya boleh?"Tanyanya.

"Boleh, umi pengen tanya apa ke zaki?"

"Apa Zaki keberataan menjaga amanah pesantren selama ini? Umi minta maaf karena abah yang sudah tidak ada, kalian harus tetap melanjutkan perjuangan ini. Mau tidak mau kalian harus siap. Umi harap Zaki melakukan ini bukan karena terpaksa atas amanah abah ya, tapi karena Zaki ikhlas dan rela sepenuh jiwa untuk mengabdi diri di pesantren"ujar sang umi yang menjelaskan kerisauhan hatinya.

"Umi, Zaki memang awalnya tidak siap untuk di amanahkan mengurus pesantren. Tapi seiring berjalannya waktu zaki membantu, Zaki sadar, bahwa ilmu yang Zaki miliki harus di bagikan dan kembali di asah untuk mengajarkan mereka para pencari ilmu di pesantren. Zaki tidak merasa terpaksa mi, walaupun awalnya sempat tidak siap, karena menjaga amanah pesantren bukanlah hal mudah. Tapi seiring waktu, Zaki siap dan Zaki ikhlas mengabdikan diri di dalam pesantren"jawab zaki.

"Alhamdulilah, umi merasa lega dengarnya nak"ucap sang umi yang tersenyum lega.

Sang umi memang pernah merasa khawatir terhadap Zaki. Karena bukan dirinya yang awalnya di tugaskan menjaga amanah pesantren ini. Almarhum sang suami ingin cucu pertamanya yang menjaga amanah ini, tapi karena Salsa tidak mau, terpaksa mereka harus mengorbankan Zaki menjaga amanah tersebut. Beruntungnya Zaki bersedia, walaupun awalnya dirinya merasa takut karena harus menjaga amanah yang tidak mudah itu.

"Zaki sekarang sudah memasuki umur 27 tahun, kapan mau ke jenjang serius?"Tanya sang umi yang sekarang membahas pembahasan yang lebih santai.

"Belum ada jodohnya mi, Zaki sudah berusaha dan ikhtiar. Cuma memang Allah belum mau memberikan Zaki jodoh"ujar zaki santai.

"Umi doakan Zaki secepatnya dapat jodoh, yang bisa membantu Zaki mengurus pesantren. Walaupun pamanmu sekarang yang pegang, tapi yang lebih banyak kontribusi tetep kamu"ujarnya.

Walaupun pemegang pesantren saat ini adalah sang paman, tapi yang berkontribusi banyak tetaplah Zaki. Sang paman hanya pemegang, sedangkan Zaki yang melakukannya. Zaki tidak keberatan akan hal ini, dan cukup ia nikmati di umurnya yang sekarang.

"Aamiin semoga ya mi"kata zaki.

Mereka berdua banyak berbincang di teras belakang. Yang mana mereka berhadapan langsung dengan suasana pesantren akhwat/perempuan. Mereka bisa melihat berlalu lalang para santriawati yang sedang melakukan tugasnya. Ada yang sedang menghafal Al Qu'ran sambil mengobrol, ada yang sedang bersih bersih, sampai ada pula yang sedang menghafal sampai tertidur.  Sungguh nikmat suasana yang ada di sana, banyak suara lantunan ayat ayat mulia yang selalu mereka dengar setiap harinya.

Almeera Chairunnisa(si pemilik mata teduh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang