Ac 11

3 2 0
                                    

Di sebuah rumah yang terbilang mewah yang bernuansa putih, hiduplah satu keluarga yang harmonis, hangat, dan jauh dari kata huru hara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah rumah yang terbilang mewah yang bernuansa putih, hiduplah satu keluarga yang harmonis, hangat, dan jauh dari kata huru hara. Mereka adalah keluarga Muhammad Ilham Al Hafsi atau ilham.

Sebuah mobil mewah baru saja memasuki halaman rumah yang terbilang cukup luas. Sosok pria berkecamata keluar dari mobil dan melangkahkan kakinya dengan tegap di sertai dengan wajah datarnya untuk masuk ke dalam.

"Asalamualaikum"salamnya ketika langkah kakinya berhenti di depan pintu.

Sosok wanita cantik yang mendengar suara itu pun membalikan badannya, dan alangkah terkejutnya ketika melihat sosok yang berdiri tidak jauh dari arah pintu.

"ilham..."teriak wanita paruh baya yang langsung berlari memeluk sosok pria tersebut.

"Bunda"panggilnya yang langsung membalas pelukan sang bunda.

Setelah beberapa menit mereka berpelukan, sang bunda melepaskan pelukannya dan membawa anak laki lakinya dengan ia genggam tangannya untuk duduk di sofa.

"Bunda sehat? ilham kangen sama bunda"Tanyanya yang duduk di samping sang bunda sambil mengelus tangan wanita yang sudah melahirkannya.

"Bunda sehat nak, bagaimana kabarmu?"Tanyanya balik.

"Baik bunda, oh iya ka ihsan dimana bund?"Tanya ilham yang tidak melihat keberadaan sang kakak.

"Kakak di kamar, kayanya dia gak tau kamu bakalan pulang sekarang. Bunda aja sampai kaget tadi pas lihat kamu"

"Syukurlah jika semuanya sehat, ilham tadi sudah ke ayah lebih dulu bund hehe"ujarnya yang tertawa kecil sambil mengangkat tangannya dua jari.

"Kamu ini kebiasaan, bunda yang selalu nunggu kamu pulang eh yang di cari pertama malah ayah"ketusnya.

"Tadi kan dari bandara searah sama ke kampus, yaudah ilham mampir aja ke ayah sebentar. Setelah itu baru pulang"jawabnya yang menjelaskan keadaan tadi.

"Yasudah sana istirahat di kamar, jangan lupa bersih bersih dulu. Bunda mau masak buat kamu makan, nanti bunda panggil kalau makanan sudah siap"titahnya.

"Makasi bunda, ilham sayang sama bunda"ujarnya yang mencium pipi sang bunda dan langsung pergi ke kamarnya.

Sang bunda hanya tersenyum dengan segala tingkah putranya. Ia sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu, kedua putranya memang romantis dan selalu mampu menyenangkan hatinya. Ia melihat sebentar kepergian anak laki lakinya baru setelah itu berjalan ke dapur untuk menyiapkan makanan.

Kasih sayang seorang ibu memang tidak ada batasnya sampai kapanpun. Dari kecil hingga kita dewasa kasih sayangnya tidak pernah berubah, hingga segala pengorbanannya tidak akan mampu kita balas selain dengan berbakti kepada mereka (kedua orang tua). Karena dari mereka lah surga berada di bawah telapak kakinya, dan karena mereka juga lah ridha allah tergantung ridha kedua orang tua kita.

وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ وَالْحَا كِمُ

Artinya: Dari sahabat Abdullah bin Umar ra, dari Nabi Muhammad SAW, ia bersabda, ‘Ridha Allah berada pada ridha kedua orang tua. Sedangkan murka-Nya berada pada murka keduanya’. (HR Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).

عن أبي الدرداء رضي الله عنه أنَّ رجلاً أتاه، فقال إِنَّ لِي امرأةً، وإِنَّ أمِّي تَأْمُرُنِي بِطَلَاقِها، فقال له أبو الدرداء سمعتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم يقول الوالِدُ أوسَطُ أبوابِ الجَنَّةِ، فإِنْ شِئْتَ فأضِعْ ذلِكَ البَابَ أو احْفَظْهُ

Artinya: Dari sahabat Abu Darda ra, seseorang mendatanginya dan berkata, ‘Aku mempunyai seorang istri, tetapi ibuku memintaku untuk menceraikannya. ‘Abu Darda ra berkata, ‘Aku mendengar Rasullah SAW bersabda, ‘Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Jika mau, kau boleh menyia-nyiakan pintu tersebut atau boleh merawatnya’. (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Sayangilah kedua orang tuamu selagi masih ada, jangan sampai datang penyesalan karena kehadirannya selama ini tidak pernah kita hargai. Sesukses apapun kita, sehebat apapun kita, di dalamnya selalu terselip doa untuk kita. Jangan berlagak sombong dan durhaka, jika kita masih membutuhkan doa darinya. Ingat doanya mampu menembus langit, karma dan tabur tuai itu nyata.

Almeera Chairunnisa(si pemilik mata teduh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang