Part 10

564 88 95
                                    

Hinata sedikit gugup, ini merupakan kali pertama dirinya berkujung ke apartemen Naruto.

Sekeras mungkin ia menepis jauh-jauh perasaan gugup yang terus datang melanda ketika ia harus memapah lelaki itu masuk dan merebahkan nya di ranjang, sebab ia harus fokus merawat sang kekasih yang tengah demam tinggi.

Tadi saat bertemu hendak berkencan, ia begitu heran melihat gelagat aneh Naruto, lelaki itu menjadi pendiam dengan wajah yang begitu merah dan layu.

Setelah di periksa nya, ternyata lelaki itu sedang demam. Membuat Hinata tak habis pikir, sebab lelaki itu tetap menjemput dirinya untuk berkencan dengan suhu tubuh yang sepanas itu.

"Maaf kita tidak jadi kencan karena aku sakit" sesal Naruto dengan suara yang begitu lemas.

"Tidak apa, lagi pula setiap bertemu kita selalu berkencan" jawab Hinata lalu terkekeh seraya mengompres kening Naruto yang terasa begitu panas, berharap lelaki itu berhenti meminta maaf pada nya.

Naruto tersenyum kecil menanggapi, sungguh sakit yang selalu membuatnya kewalahan adalah demam! Bahkan kehilangan tangan dan babak belur di pertempuran pun tak pernah membuatnya lemas hingga terasa di ambang kematian seperti ini.

Setelah melihat lelaki itu yang tampak nya telah tertidur, Hinata pun bangkit dan memperhatikan sekitar. Apartemen Naruto benar-benar berantakan seperti kapal pecah membuat kepala Hinata pusing melihatnya.

Dengan cekatan, Hinata merapikan dan membersikan setiap sudut ruangan. Setelah selesai, Hinata pun tersenyum melihat hasil kerja nya sendiri, kini apartemen Naruto menjadi sangat bersih dan wangi.

Lalu Hinata beralih ke wilayah dapur, kening gadis itu mengernyit ketika mendapati beberapa makanan dan minuman yang sudah kadaluarsa namun masih tersimpan berantakan di dalam kulkas.

Tanpa ragu, Hinata membuang semuanya, ia lalu beralih pada kabinet dapur, dan kembali menghela nafas melihat semua varian ramen berjejer rapi di sana.

Tak ingin berlaku tak sopan, Hinata hanya membiarkan dan nanti akan mencoba berbicara agar lelaki itu tak terlampau sering mengkonsumsi ramen instan lagi.

Hinata kembali melihat keadaan Naruto yang sesekali terlihat mengernyit dalam tidurnya, ia mengusap pelan kening sang kekasih. Lelaki itu tak punya bahan makanan apa pun untuk di masak.

Dengan berat hati Hinata pun berbisik, berpamitan pergi sebentar membeli bahan makanan untuk di masak.

"Naruto-kun aku pergi sebentar ya"

Hinata mengusap lembut kening sang kekasih yang masih panas lalu mengecupnya dan mulai beranjak untuk pergi.

Tanpa membuka mata, Naruto menahan tangan Hinata, ternyata lelaki itu tak tidur dan hanya memejamkan mata "mau kemana?" bisik Naruto lemas namun masih dapat di dengar oleh telinga Hinata.

Gadis itu kembali mendekat seraya mengusap lembut kening Naruto "Membeli bahan masakan, aku lapar sekali" Hinata tau jika ia mengatakan pergi untuk keperluan lelaki itu, pasti Naruto akan terus menahan dan berkata baik-baik saja.

Mendengar ucapan Hinata, pegangan tangan Naruto pun memgendur dan terlepas seraya lelaki itu yang mengangguk kecil. Hinata tersenyum dan merapihkan selimut lelaki itu kembali, lalu bergegas pergi.
.
.
Tak lama, hanya dalam waktu setengah jam Hinata telah kembali, gadis itu memanfaatkan jutsu nya untuk bergegas, ia tak ingin berlama-lama meninggalkan Naruto sendirian.

Kept For So Long |CANON -NaruHina- ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang