Part 11 [END]

723 78 84
                                    

"Naruto-kun, maaf... seperti nya pernikahan ku dan Toneri di bulan— harus kembali di laksanakan"

Naruto tertegun, tubuh nya terasa membatu tak dapat digerak kan dan lidah nya menjadi kelu, sebab begitu tak percaya dengan apa yang baru saja Hinata katakan pada nya, lelaki itu hanya bisa terdiam dengan nafas yang kian memburu.

Belum sempat ia mencegah, Toneri telah membawa Hinata pergi mengilang di langit.

"HINATA!!!"

Naruto tersentak dengan keringat bercucuran, "ternyata hanya mimpi" ia mengatur nafas, merasa lega bahwa itu hanya mimpi buruk.
*ahay lagi-lagi mimpi🙈

Namun mimpi yang teramat buruk itu membuat perasaan nya menjadi tak nyaman dan resah tak karuan, ia melirik jam yang telah menunjukan waktu lewat tengah malam, mencoba untuk kembali tidur, namun tak bisa.

Naruto terus berbaring miring ke kanan dan ke kiri dengan jantung yang berdebar-debar ketakutan, takut jika mimpi itu menjadi kenyataan. Merasa jengah dengan kegelisaan nya sendiri, tanpa banyak berpikir, ia pun bergegas menemui Hinata.
.
.
Dengan mengendap dan menyembunyikan Chakra, akhirnya Naruto berada di sini, di depan jendela kamar sang kekasih, ia mengetuk-ngetuk jendela dengan tak begitu kencang sebab tak ingin Hinata terkejut.

"tok— tok— tok—"

Sementara di dalam sana, Hinata yang telah terlelap pun mulai merasa terganggu dengan bunyi-binyi ketukan yang tiada henti, kening nya mengernyit diiringi mata yang perlahan mulai terbuka dan mengerjap.

Hinata bangkit dan duduk seraya termenung menatap jendela yang masih di ketuk dari luar, ia mengusap lembut mata nya untuk mengusir kantuk.

Semakin penasaran sebab bunyi itu tak kunjung hilang, urat di sekitar mata dan pipi Hinata pun seketika timbul dan menegang, hanya berlangsung sesaat dan kembali menghilang dengan cepat setelah ia mengetahui siapa pelaku pengetukan di luar sana.

Hinata pun terkejut mendapati Naruto lah yang mengetuk sedari tadi, dengan tergesa ia berlari dan membuka jendela.

"Naru—"

Belum sempat Hinata menyelesaikan ucapannya, tubuh nya telah di rengkuh cepat oleh sang kekasih, Naruto memeluknya erat sekali "aku merindukan mu" aku Naruto dengan nada merengek membuat Hinata terkekeh mendengarnya.

"Kita bahkan belum berpisah setengah hari"

"Setap detik aku tak ingin berpisah"

Hinata merona, ia membalas pelukan sang kekasih seraya mengusap-usap punggung Naruto "apa Naruto-kun tidak bisa tidur?" Tanya nya begitu lembut.

Naruto mengangguk di dalam pelukan, lalu melerai pelukan mereka dan mengelus pipi sang kekasih "maaf aku membangunkan mu malam-malam begini"

Hinata tersenyum dan menggeleng "Masuklah" Hinata tersenyum polos menawarkan sang kekasih untuk masuk ke kamar nya.

Mendengar tawaran itu membuat Naruto merona, netra nya melirik kamar Hinata yang temaram, ingatan saat pertama kali ia masuk ke kamar Hinata dan mendapati gadisnya menggunakan pakaian tidur tipis yang begitu terbuka di pagi hari pun terlintas jelas, membuat pipi bergurat Naruto semakin merona hebat. Beruntung keadaan sudah gelap sehingga Hinata tak menyadari nya.

Naruto pun menggeleng dengan senyuman canggung untuk menolak ajakan sang kekasih, jika ia masuk bisa bahaya!

Alih-alih membahas soal kamar, Naruto memilih membahas hal lain.

"Selamat ulang tahun sayang" timpal Naruto dengan senyuman lima jari.

Bukannya senang, kening Hinata malah mengernyit "besok, bukan sekarang Naruto-kun" ucap nya dengan sedikit kecewa, mengira Naruto lupa dengan hari ulang tahun nya.

Kept For So Long |CANON -NaruHina- ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang