Rumah megah dengan berbagai ornamen yang harganya ratusan juta menghiasi setiap sudut rumah besar itu.
Ubin lantai yang berkilau bak kaca pun berbaris rapi memenuhi ruangan yang ada. Sebuah tangga besar berada di tengah tengah ruangan, menghubungkan lantai satu dengan lantai dua.
Tapi, rumah tanpa penghuni hanyalah sebuah bangunan. Itu yang dirasakan seorang anak laki-laki berambut hitam yang menghuni rumah megah milik kedua orang tuanya.
Gin, anak laki-laki itu selalu saja tinggal berdua dengan pembantunya karena kedua orang tuanya sudah terlebih dulu dipanggil oleh Tuhan.
Bertahun-tahun ia bertahan di bangunan kokoh itu, sudah terbiasa dengan keheningan yang selalu mengiringi langkah kehidupannya.
Pagi ini, ia buka kedua matanya. Membiarkan sinar matahari menusuk manik hitam pekat yang tampak lelah.
Gin duduk di pinggir kasur king size nya. Kaos hitam nya tersingkap hingga menampakkan perut sixpack yang menjadi aset berharganya.
Gin menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia tengah melakukan kegiatan 'mengumpulkan nyawa'. Setelah ia sadar sepenuhnya, ia sambar handphone yang berada di atas nakas.
Membawanya menuju kamar mandi.
Hari ini hari libur, ia bisa santai dan berdiam diri di rumah. Saat ini saja waktu sudah menunjukkan pukul setengah 10 siang.
Ia membuka room chat nya dengan seseorang, ia ambil sebuah foto dan mengirimnya di room chat tersebut.
Tak lama, pesan darinya langsung dibaca oleh sang pemilik nomor, dan di balas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Itu Luka [GINSOU]
Jugendliteraturusahakan baca desk ya maniezzz 🥰 "dasar anak pembawa sial! " "i love you" "jangan suka sama aku, nanti kamu kena sial" "dan aku mencintaimu" "sialan! " "anak kayak kamu nggak pantas dilahirkan! " NOTE! : -cerita ini hanya karangan semata. -jangan...