berwarna

232 32 6
                                    

Aroma air hujan menusuk indra penciuman nya. Semalam, bumi mengeluarkan tangisannya, membasahi tanah yang semula kering kerontang.

Walaupun sang mentari sudah menampakkan diri, sepertinya sinarnya belum cukup untuk menghangatkan bumi yang terasa begitu dingin saat ini.

Souta, laki-laki manis itu tampak tengah menggosokkan kedua tangannya secara berlawanan arah agar mendapatkan kehangatan.

Padahal, sebuah hoodie tebal sudah melekat di tubuhnya, tapi itu belum membuat suhu tubuhnya normal kembali.

Souta sebenarnya belum pulih sepenuhnya, tapi ia tetap mengusahakan untuk berangkat ke sekolah karena ia tak ingin menjadi anak bodoh.

"Dingin banget anjir, tau gini Souta bawa penghangat aja tadi" gumamnya. Ia memeluk tubuh kecilnya seraya menunggu bis di halte bis yang letaknya tak jauh dari rumahnya.

"Tumben Gin nggak ada kelihatan, kemana ya tu anak? " Souta menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mencari laki-laki yang selalu bersamanya sejak kecil dulu.

Namun sayang, hanya keheningan yang ia temukan. "Ini aku nya yang kecepatan, atau manusia lain yang keleletan ya? " tanya nya. Pasalnya, sedari tadi ia tak melihat adanya seorang manusia yang lewat di sana.

"Padahal udah jam setengah tujuh loh... " Souta menyalakan ponsel nya untuk memeriksa jam berapa sekarang. Sekolahnya mulai beroperasi pada pukul 7 pagi.

"Ini mah sama aja nungguin dia yang nggak pasti. Tai lah" Souta memasang raut kesal, bis yang sedari tadi ia tunggu tak kunjung datang. Belum lagi hawa dingin yang membuatnya tak nyaman.

Hingga sebuah mobil bercat hitam dengan kilauan yang menyilaukan mata berhenti di depan halte tempat Souta menunggu bis.

Souta sontak menajamkan penglihatannya untuk melihat siapa yang keluar dari mobil mewah tersebut.

Laki-laki bertubuh tinggi tegap dengan setelan rapi keluar dari mobil tersebut. Dengan langkah rapinya, ia berjalan mendekati Souta sembari membenarkan dasi hitam yang mengalung di leher nya.

Souta seperti kenal dengan orang ini, tapi siapa?

"Sendirian saja dek? " tanya laki-laki tersebut. Souta ragu untuk menjawab pertanyaannya, karena ibunya selalu melarangnya untuk berbicara dengan orang asing.

"Dek? " panggil laki-laki itu lagi. Souta menggeleng kecil tanda ia tak ingin menjawab pertanyaan sang lawan bicara.

Melihat tingkah Souta yang seperti itu, membuat laki-laki tersebut sontak tertawa kecil.

"Buset, ketawanya aja bau duit" batin Souta mendengar nada tawa sang lelaki.

"Jangan takut dek, om nggak gigit kok" laki-laki itu mengambil posisi jongkok untuk menyamakan tingginya dengan Souta.

Souta semakin merasa tak nyaman karena hal tersebut. Ia menggeser sedikit tubuhnya kesamping agar tak langsung berhadapan dengan lelaki di hadapannya.

"Mau sekolah ya? Om anterin mau? Kayaknya bis nya lagi delay" tawar sang laki-laki. Souta tentu menolaknya dengan tegas.

"Nggak usah sok baik, aku aja nggak kenal om siapa" ucap Souta sinis. Mendengar penuturan itu, sang lelaki sontak menepuk keningnya sembari tersenyum.

"Oh iya, kenalin nama saya Agil, sudah kenal kan? Boleh om tau nama kamu siapa? " tanya Agil kepada Souta.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mencintaimu Itu Luka [GINSOU] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang