deep talk

296 41 30
                                    

Seorang lelaki manis tengah terduduk di pojok ranjang dengan selimut yang ia gunakan untuk menutupi tubuhnya.

Hawa di kamarnya begitu sejuk karena diluar bumi tengah menangis.

"Dingin bet gilaa" keluh Souta. Ia meniup pelan kedua tangannya yang rasanya seperti membeku.

Ia sedang sendirian di rumah karena Helenna tengah bekerja di sebuah kafe yang letaknya lumayan jauh dari rumah mereka.

Penghasilan dari kafe tempat ibunya berkerja itu masih cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Namun jika untuk sekolah, penghasilan seperti itu belum cukup untuk memenuhi semua bayaran sekolah.

"Bunda kedinginan nggak ya? " terlintas dengan tiba-tiba di dalam kepala Souta pertanyaan tersebut. Apakah ibunya baik-baik saja sekarang? Atau tengah kedinginan?

Handphone Souta berbunyi, membuatnya mau tak mau harus mengangkat telefon itu.

Terpampang dengan jelas nama Gin Gehenna di sana.

"Ha? "

"Beeebbbbb lo oke nggak?? "

"Kedinginan dikit"

"Kamu kalo manggil nggak usah pake beb nggak bisa apa? "

"Nggak bisa, kan sudah melekat"

"Lagian, lo pantes kok kalo dipanggil beb"

"Cih, minimal ada hubungan dulu sih"

"Oh, lo mau pacaran sama gue? "

"Nggak gitu tolol"

"Heh mulutnya"

"Dingin banget ya, biasanya nggak sedingin ini padahal"

"Iya lagi'

"Butuh kehangatan kah beb? "

"Manggil beb sekali lagi ku sumpahin kepala mu kejedot"

"Aaaa jadi atut"

"Jijik bet jijik"

"Lo udah nggak nangis tiba-tiba kan? "

"Udah nggak"

"Tapi, belakangan ini rasanya capek banget"

"Padahal biasanya nggak begitu"

"Sini gue pijitin kalo capek"

"Gin... "

"Eh iya maap"

"Emang aku seburuk itu ya? "

"Nggak"

"Lo sempurna"

"Mulai dah mulai"

"Fakta Sou. Lo sempurna, kalo bukan gara-gara perdot bapak sialan lo itu, yakin gue lo udah jadi rebutan satu sekolah"

Mencintaimu Itu Luka [GINSOU] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang