antara pahit dan manis

205 28 13
                                    

12 tahun yang lalu..

"Kan saya udah bilang jangan terlalu manjain anak bodoh itu! "

"Kamu tega sama anak sendiri?! Dia masih perlu kasih sayang dari kita! Kalau kamu tidak mau memberikannya, biar saya yang berikan! "

"Tidak ada! Bukannya menjadi pintar, anak itu akan semakin bodoh dan menyusahkan! "

"Mulutmu itu pernah di sekolahkan tidak?! Apakah pantas seorang ayah memaki anaknya sendiri?! "

"Dia bukan anakku! Anakku hanya Hazel seorang! Dia penghancur keluarga ini! "

"Apa maksudmu?! Jaga lisan buruk mu itu! Untuk apa kau membawa namanya?!"

"Anak bodoh itu tidak akan pernah aku anggap sebagai anakku, sampai kapanpun itu! Biarkan saja aku mati dan mendapatkan hukuman di alam sana daripada harus menyayangi anak sialan itu! "

"Jaga lisanmu! Dia bukan anak pembawa sial! "

"Mau sampai kapan kamu membela anak lemah seperti dia, hah?! "

"Sampai aku mati! "

"Hahaha, ibu dan anak sama sama gila"

"Lebih gila dirimu! Jika bukan karena dirimu, dirinya juga tidak akan lahir! "

"Aku sudah pernah mengusulkan agar kau gugurkan saja kan kandunganmu waktu itu? Tapi apa kau mendengarkan ku? "

Sepasang suami istri itu tengah menyalakan api yang mungkin bisa membakar hubungan diantara keduanya.

Kedua kepala itu memanas, tak ada yang ingin mengalah. Suasana rumah yang biasanya tenang pun berubah menjadi sangat berisik.

Seorang anak laki-laki bersurai biru tengah meringkuk di bawah meja dapur sembari memeluk boneka hiu miliknya.

Kedua matanya tampak sembab, anak itu pasti ketakutan. Siapapun, tolong peluk anak malang ini. Sedetik pun tak apa, ia sangat ketakutan sekarang.

"Dia itu pembunuh Helen! Dia yang membunuh semua orang yang aku sayangi! Apa kau lupa kejadian dimana Hazel kehilangan nyawa waktu itu?! "

"Itu karena anak sialan mu itu! Jangan terus terusan membela yang salah Helen! Rasa sayangmu itu terlalu gila! Anak itu akan semakin menyusahkan jika terus terusan kau lindungi seperti ini! "

"Salahkah? Salahkah seorang ibu melindungi anak kecilnya yang memang tak memiliki kesalahan?! "

Kedua manik indah yang sedari tadi menahan agar tidak mengeluarkan cairannya pun kini cairan itu keluar dengan deras.

Selalu saja seperti ini, Souta benci ketika melihat ibunya menangis saat tengah beradu mulut dengan ayahnya, Verdi.

"Bunda jangan nangis... " dari bawah sini, Souta bisa melihat kedua kaki ayah dan ibunya.

"Nangis saja terus! Kerjaanmu itu hanya berbicara dan berbicara! Melindungi anak sialan itu dan juga menangis! Saya malu punya istri seperti kamu! "

"Lalu untuk apa kau membangun hubungan serius ini?! "

"Haha, benar juga. Aku sangat bodoh waktu itu, jika tahu akan se berantakan ini aku tidak akan pernah melamar mu"

"Pergilah, aku malas berbicara denganmu lagi"

"Baiklah, jangan mencari diriku, urus saja anak kesayanganmu itu. Jangan libatkan diriku, aku ingin bersenang-senang dengan pacarku"

Pertengkaran panjang itu akhirnya selesai, tubuh yang kokoh itu meluruh ke tanah. Tubuh yang biasanya berlagak paling kuat itu terlihat berantakan.

Mencintaimu Itu Luka [GINSOU] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang