sifat yang berbeda

218 32 23
                                    

Seorang laki-laki manis bersurai biru tengah berdiri mematung di depan sebuah papan pengumuman.

Hari ini hari pembagian ruang kelas yang baru. Satu tahun telah berlalu, tak terasa kini Souta sudah menginjak kelas 11 SMA.

Gin juga sudah naik kelas, Gin sudah berada di kelas 12. Yang artinya, satu tahun lagi ia akan lulus dari sekolah ini.

Satu tahun yang begitu berarti bagi Souta, hubungan Gin dan Souta pun semakin membaik. Souta sekarang lebih terbuka dan menerima sentuhan sentuhan Gin.

Dari mulai pelukan tiba-tiba, usapan di kepala, bahkan genggaman tangan. Itu semua sudah seperti hal yang biasa mereka lakukan.

Jika dulu Souta tampak enggan dan mungkin jijik dengan yang namanya sentuhan, sekarang ia malah nyaman dengan sentuhan Gin.

Bahkan terkadang ia rela ke kelas Gin hanya untuk meminta di usap kepalanya, atau bahkan ia dengan tidak malunya mengajak Gin bertemu agar bisa menyentuh tangannya.

Souta sang cowok gengsi itu mulai berubah menjadi cowok yang manja? Sepertinya terlalu aneh jika dipanggil manja.

Souta sibuk melihat-lihat papan nama kelas.

Tak lama mencari, ia menemukan namanya di sebuah kelas yang beruntungnya dekat dengan tangga menuju lantai tiga, dimana kelas Gin terletak di lantai tiga tersebut.

"Yess deket sama kelas Gin" Souta berjalan riang menuju kelas barunya. Ia akan mendapat teman baru sepertinya. Suasana yang baru juga tentunya.

Saat ia melangkahkan kaki memasuki ruang kelas, semua pandangan mata langsung tertuju kearahnya.

Souta tak memperdulikan itu, ia terus berjalan hingga Souta memilih tempat duduk yang berada di pojok.

Souta sedikit kecewa karena tidak bisa satu kelas dengan Garin. Ia pikir pemutaran siswa kelas bisa membuatnya satu kelas dengan Garin. Tapi sepertinya takdir berkata tidak.

"Bosen banget" Souta menenggelamkan kepalanya di cela cela kedua tangannya yang tertumpuk di meja sembari berharap agar Gin memanggilnya.

"Beb Soutaaa!! " harapan Souta terkabul, suara lembut nan berat itu mampu mengundang senyumannya kembali.

Ia langsung mengangkat kepalanya dan berjalan riang menghampiri Gin di depan kelas. Tentu semua itu tak luput dari perhatian seisi kelas.

"Eh, itu kak Gin yang terkenal itu nggak sih? "

"Kok dia mau sama anak serem kayak Souta.. "

"Eh mulut! Nanti lo kena sial lagi kalo ngomongin dia"

"Eh iya"

"Udah udah, nggak usah di perhatiin. Biasa ayam berkokok, berisik emang" ucap Gin.

Gin merangkul pundak Souta, Souta yang sempat menolehkan kepalanya kearah siswa yang sedang membicarakannya pun langsung menghadap ke depan kembali.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju taman belakang sekolah.

Salah satu tempat favorit mereka yang setidaknya dalam satu hari harus mereka kunjungi minimal dua kali.

Gin duduk begitupun dengan Souta. Mereka duduk berdampingan, Souta langsung menyenderkan kepalanya di bahu lebar Gin.

"Gin, nanti kalau kamu lulus Souta sendiri ya? " tanya Souta.

"Sendiri gimana? Kan masih ada Garin" Gin menggerakkan tangannya mengusap puncak kepala Souta dari belakang.

"Iya tapi kan beda Gin. Aku lebih deket sama kamu, nggak ada kamu rasanya aneh aja" keluh Souta.

Mencintaimu Itu Luka [GINSOU] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang