3. 運命 (Takdir)

2.4K 165 66
                                    

Mungkin suatu hari kamu akan bertemu takdirmu, entah dalam bentuk sesama manusia yang jatuh cinta atau dalam bentuk lain yang pasti jika itu benar takdirmu maka akan datang padamu jika bukan sebagaimana pun kau mencoba dan berusaha itu takkan pernah datang padamu. Jadi, cobalah untuk menerima takdirmu agar takdir baik akan datang padamu.

Sama hal nya, meskipun Kakashi ketakutan, tidak mengerti apa saja yang orang dewasa rencanakan saat mengetahui dirinya adalah seorang omega, atau bagaimana kedua orang yang mengurusnya merencanakan sesuatu kala dia tahu jika dia adalah takdir seorang alpha yang sudah jauh lebih dewasa dari Kakashi yang masih kecil.

Kadang, Kakashi tidak tahu masalah apa yang dia perbuat di masa lalu kenapa ia di lahirkan dengan hal seperti ini, apa ia harus menerima takdir seperti ini? Seolah ia hidup memiliki pilihan lain padahal itu sama sekali tak bisa ia pilih mau tidak mau, bisa tidak bisa bukankah ia harus menerima Obito suatu saat nanti meski sekarang masih bisa di lindungi Minato dan Kushina bagaimana nanti?

Bukankah Obito akan mengejarnya sampai dapat? Bukankah apapun caranya Obito akan terus menangkapnya karena dia adalah Takdir yang terikat. Keduanya tak akan bisa di pisahkan.

"Apa yang kau pikirkan, Kashi?"

Kushina tengah mengaduk adonan sambil melihat Kakashi yang menuang tepung hingga tak sadar tepung nya memenuhi wadah.

"Ah, astaga. Maafkan aku, bibi." Kakashi segera menghentikan aksinya menuang tepung lalu memasukkan kembali tepung yang penuh itu.

Kushina hanya menggeleng, beberapa minggu setelah kejadian Obito menemukan Kakashi ia sering melihat anak itu melamun, apakah ia tertekan dengan Obito? Beberapa hari ini juga setelah Obito sembuh dari ruang perawatan ia slalu mengantar Kakashi pulang ketika sehabis menjaga dan menemani Kushina sepanjang hari.

"Apakah kau merasa tertekan, bibi bisa bicarakan dengan Obito." Kushina menuang adonan ke tempatnya dan segera memasukkannya ke oven.

Kakashi menggeleng sambil menatap Kushina, ia tak mungkin terus merepotkan keduanya. Ia harus bisa biasa saja. Toh beberapa hari ini Obito memang tidak melakukan apapun. Tidak menyentuh maupun mengamuk seperti hari ini.

"Tidak bibi, aku hanya sedikit melamun tadi. Memikirkan masak apa untuk makan paman Obito-

Kushina tertawa hingga tawanya menggelegar di dapur, Kakashi mengernyitkan matanya menatap Kushina bingung "ada apa?"

Ia memegang perutnya sambil terus tertawa, astaga lucu sekali pikir Kushina.

"Apa kau bilang haha paman? Astaga haha"

Kakashi memberengut, bibirnya mengerucut kesal di balik maskernya.

"Apakah Obito tidak marah kau panggil paman, astaga anak itu terlihat sangat tua." Kushina tertawa sampai tak sadar jika Obito berdiri di depan pintu setelah masuk

"Kakak, apa kau bilang?"

Obito berjalan mendekati dapur melihat Kakashi yang memberengut, sialan. Kenapa itu lucu sekali apa-apaan ini Obito merasa sangat, ingin meremas kedua pipi Kakashi.

Dan mencium bibir itu pastinya, meskipun ia tepis pikiran jelek itu. Astaga Obito.

"Apa kau sudah selesai, pekerjaanku sudah selesai. Aku akan mengantarmu pulang."

Kakashi mengangguk, ia membereskan perabotan yang tadi dipakai membuat kue. Ia membawanya ke wastafel lalu mencucinya dengan telaten.

Kushina hanya menggeleng-geleng saja, ia membuka oven setelah bunyi. Kue nya sudah jadi ia segera mengambil nya dan menaruhnya di meja. Obito takjub melihat kue nya rasanya ingin ia lahap kebetulan ia lapar.

Little Mate (OBKK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang