2

437 47 4
                                    

Matahari tepat berada di atas ubun-ubun kepala. Sinarnya terik menembus jendela-jendela rumah, termasuk ke kamar salah satu gadis yang masih tertidur.

Perlahan membuka mata, membiasakan cahaya menyapa iris. Posisi dibawa duduk, sambil memandang ke arah jendela. Berlahan gadis itu merangkak turun dari kasurnya munuju kamar mandi.

Melanjutkan aktivitas, Kathrina keluar dari kamar mandi. Menuju ke dapur, menangkap sosok wanita tua yang sedang menyiapkan makanan dengan tersenyum ke arahnya.

Duduk di salah satu kursi meja makan, ia langsung menyantap makanan pertamanya hari ini. Sedangkan wanita tua itu hanya tersenyum tipis memandang gadis di depannya.

Sarapan selesai, lebih tepatnya makan siang. Belum bergerak dari kursinya ia tertahan oleh sebuah pertanyaan.

"Non hari ini ada jadwal medical check up?" tanya wanita tua yang ada di hadapannya.

"Iya bi, kenapa?" balik tanya.

"Bibi harap hasilnya bagus"

"Iya, semoga"





Suasana tegang terasa. Kathrina telah selesai check up, kini ia duduk berhadapan dengan dokter untuk mengetahui hasilnya.

Hela nafas keluar dari orang yang ber-name tag dr. Evan Madhava. Dokter yang sudah menjadi bagian hidup Kathrina. Bukan tak apa, sejak Kathrina pertama kali sakit Dokter tersebut lah yang merawatnya, bahkan ia tak pernah berobat ke tempat lain.

"Kondisi kamu kian memburuk Kath" pernyataan keluar. Kathrina hanya bisa terdiam oleh pernyataan itu.

"Beberapa bagian jantungmu mulai melemah" lagi-lagi pernyataan mutlak keluar dari mulut sang dokter.

"Cobalah untuk tidak melakukan aktivitas berat yang membuat tubuhmu lelah." Ya memang benar belakangan ini Kathrina terlalu sering latihan yang membuatnya lelah. Apalagi dua minggu terakhir dirinya benar-benar sibuk latihan dan show yang membuatnya lupa dengan kondisi tubuhnya.

"Aku tahu kau seorang idol, kau ingin memberikan yang terbaik buat mereka, ga ada yang salah dengan itu. Tapi kau harus ingat kondisi mu juga." Kathrina semakin dibuat bungkam oleh pernyataan-pernyataan yang keluar.

"Kamu tahu kan sisa umur hidupmu tidak lama lagi." Tidak ada kalimat yang keluar dari mulut Kathrina, ia hanya membalasnya dengan anggukkan.

Lagi-lagi hela nafas keluar dari dokter. Entah mukjijat apa yang dipunya gadis dihadapannya ini, kuat sekali dalam menghadapi dunia.

Bagaimana tidak, sejak kecil Kathrina sudah merasakan hidup yang keras. Terlahir dari orang tua yang tidak mempunyai hubungan jelas, bahkan penyakit yang ia idap sekarang merupakan bawaan dari lahir. Sungguh gadis yang malang.

"Kamu masih sering mimpi buruk?" sebuah pertanyaan mengalir.

"Masih, tapi belakangan ini tidak terlalu sering hanya 2-3x sebulan terakhir" akhirnya sebuah kalimat keluar dari mulutnya.

"Syukurlah, setidaknya ada hal yang bagus kali ini" ucap sang dokter sambil memberikan sebuah map yang berisi hasil MCU.

"Terima kasih pak, kalau begitu aku pamit dulu" ucapnya diiringi bangun dari duduk.




"Terima kasih pak, kalau begitu aku pamit dulu" ucapnya diiringi bangun dari duduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LADITAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang