12

243 54 5
                                    

Posisi tengkurap di atas ranjang. Dengan fokus bermain ponsel yang sedari tadi dalam genggaman. Menikmati tontonan yang tengah dia hidangkan untuk kedua mata indahnya.

Dalam hening yang dia ciptakan, suasana nampak terasa sangat nyaman. Hingga sebuah gerakan yang tiba-tiba datang dan memberi kecupan di puncak kepala. Membuat dirinya harus rela untuk melepas benda pintar yang dari tadi menemaninya.

Dipaksa mengubah posisinya menjadi terlentang. Sebuah tubuh seorang gadis mendarat sempurna di atasnya, membuat rasa hangat menjalar dalam tubuh.

Dalam dekapan, aroma wanginya pun ikut terasa dalam indera penciumannya.

"Manja banget sih kamu"

"Biarin," hidung mancung dijatuhkan ke lehernya, menghirup aroma tubuh gadisnya.

"Wangi kamu kayak tubuh aku"

"Kan pakai sabun kamu," hidung dicubit gemas menghadirkan tawa.

Keheningan melanda kemudian. Dengan posisi saling berhadapan, membuat bola mata saling memandang.

Tangan itu mengudara secara tiba-tiba. Gita, gadis yang berada di atas tidak tahan untuk mendiami gadisnya. Tak tahan menyentuh meskipun itu hanya mengelus pipinya. Rasa lembut menampar permukaan kulit jari jemarinya.

"Kamu cantik banget," sebuah pujian mengalir secara spontan yang di balas kekehan tipis.

"Baru nyadar kamu?"

"Iya. Kok bisa ya aku baru nyadar ada manusia secantik kamu"

"Manis ya mulutnya"

"Iya. Mau coba?"

"Apaan sih," salah tingkah membuat gadis yang di atas menerima sebuah pukulan di pundaknya. Yang cuma dibalas senyum kepuasan karena irisnya menangkap momen yang menggemaskan.

"Udah ah. Sarapan aja yuk," Kathrina, gadis yang baru saja menerima gombalan itu segera mengalihkan pembicaraan. Dia tak tahan dengan rasa panas yang mengalir dalam tubuhnya.

Mengganti posisi, ia mendorong Gita untuk berdiri. Agar gadis itu bisa duduk dengan bebas di pinggir ranjang.

"Kamu hari ini medical check up kan?" Pertanyaan terdengar lagi dari yang tua, mengisi keheningan yang semula tercipta.

"Iya. Kenapa?" Kathrina menjawab.

"Aku temenin ya?"

"Nggak usah, aku bisa sendiri. Lagi pula kamu nanti sore mau pergi kan? Aku nggak mau ngerepotin kamu," berlahan memberi pengertian, meskipun dia tahu kekasihnya itu akan selalu memaksanya. Gita dan otaknya itu memang pintar mencari celah agar mendapatkan apa yang dia inginkan.

Gita menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa, aku kan perginya sore. Sebagai pasangan yang baik, aku akan selalu menemani kamu"

Kathrina hanya mampu menghembuskan napas, dia tahu jika pacarnya itu sangat keras kepala. Selalu mencoba mendapatkan apa yang dia inginkan, jika tidak maka dia akan memaksa.

"Ya udah, kamu boleh ikut. Tapi kita sarapan dulu ya..." Kathrina hanya bisa pasrah. Sedangkan gadis itu tersenyum puas, berhasil mendapatkan apa yang dia mau.




 Sedangkan gadis itu tersenyum puas, berhasil mendapatkan apa yang dia mau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LADITAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang