11

291 50 4
                                    

Malam datang menyapa terlalu cepat tanpa disadari. Bintang-bintang terlihat bertaburan memenuhi langit. Sinar dari sang pemilik malam terlihat terang menyinari kegelapan.

Duduk bersandar dalam sebuah mobil yang melaju pelan di jalanan ibukota. Raut wajah tegang nampak terlihat jelas dari yang muda.

Bagaimana tidak, sore tadi secara tiba-tiba kekasihnya mengabari bahwa mereka akan bertemu orang tuanya malam ini.

Walaupun sudah mendapat wejangan dari bibinya, tetap saja itu tidak akan membantu banyak.

Melirik sang kekasih yang dengan santai mengendarai mobil, tidak terlihat wajah khawatir sama sekali. Sedangkan dia mati-matian mencari topik untuk dibahas nanti.

Ingin sekali dia meremas wajah tidak bersalah kekasihnya itu. Tidak bisakah dia mengabari lebih awal?

Ketegangan semakin terasa bagi gadis yang muda, semakin lama dia memikirkannya, semakin tidak mendapatkan jawaban.

Gita melirik kecil ke arah Kathrina yang sedang bertempur dengan rasa khawatir. Bukannya membantu, gadis itu malah tersenyum. "Lucu."

"Nggak usah tegang gitu, orang tua aku nggak gigit kok"

Yang muda hanya memutar bola matanya malas, "Lagian kamu bilangnya mendadak banget, gimana nggak tegang coba"

Gita hanya terkekeh, perlahan tangan gadis itu membelai lembut puncak kepala Kathrina. "Sudah, nggak usah terlalu dipikirkan. Orang tua aku nggak bakal minta macam-macam kok. Kamu santai aja ya..."

Beberapa menit telah berlalu, mereka akhirnya benar-benar sampai di tempat tujuan. Mobil terparkir rapih di deretan kendaraan lain.

Tidak langsung turun dari mobil, Gita memandangi wajah sang kekasih yang masih terlihat tegang.

Berlahan elusan lembut terasa di jemari, yang muda melirik ke arah sang kekasih yang kini menunjukkan wajah khawatir.

"Kalau kamu masih belum siap, kita ketemu lain kali aja ya?" suara lembut terdengar dengan nada yang sedikit khawatir.

Kathrina menggeleng kecil, "Aku baik-baik aja kok cuman tegang dikit, lagipula kita sudah sampai di sini. Masa harus putar balik?"

"Kamu yakin?" tanya Gita memastikan.

"Iya"

Seperti biasa, Gita turun terlebih dahulu untuk membukakan gadisnya pintu.

"Makasih ya"

"Iya sayang, yuk"

Meraih tangan terulur itu, Gita membawa mereka masuk berlahan. Mencari keberadaan mereka dan menemukan mereka di pojok sana.

"Eh? Kalian sudah sampai. Ayo duduk sini" wanita paruh baya itu terlihat sangat bersemangat melihat putrinya membawa seorang gadis cantik di sebelahnya. Berbalut pakaian non casual gadis itu saat ini. Tak terlalu menarik perhatian. Tetapi tetap saja, mau dalam pakaian apapun Kathrina akan terlihat cantik.

"Malem tante, om" senyum diberikan saat Kathrina menyapa. Menampilkan senyum manisnya saat dia menyalami mereka dengan sopan. "Naila juga" lanjutnya yang dibalas sama hangat olehnya.

"Panggil ibu sama ayah aja mulai sekarang" ibunda Gita kembali berucap.

Kathrina sedikit terkejut, tetapi dia mencoba untuk tetap santai. "Oke. Siap tan- eh ibu" balas Kathrina yang dibalas kekehan kecil.

"Ya udah. Kalian pesan makanan dulu. Kita tadi sudah pesan"

"Kamu pesenin aku aja ya" anggukan diberikan. Tanpa suara gadis Andarini itu cepat mengambil buku menu untuk melihat makanan yang cocok untuk mereka santap malam ini.

LADITAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang