10

330 53 5
                                    

6 Agustus 2024

Suara gemericik air terdengar deras. Cuaca yang sebelumnya cerah berhiaskan langit biru, kini perlahan memudar menjadikan sekumpulan awan berwarna abu-abu.

Terlihat sebuah mobil yang membawa dua jiwa, melaju secara perlahan dalam derasnya hujan yang mengguyur ibukota.

Dalam diam, tanpa berbicara. Membiarkan alunan musik yang diputar mengisi kekosongan.

Hela nafas dikeluarkan oleh yang tua, raut wajah kecewa nampak terlihat di wajahnya.

Berawal ingin mengajak kekasihnya makan malam, hanya sekedar untuk melepaskan lelahnya setelah digempur oleh jadwal kegiatan yang berbeda secara berturut-turut dalam kurun waktu 4 hari.

Dan nampaknya rencana itu tidak berjalan sesuai dengan keinginannya. Kini semesta terlihat tidak memihak kepadanya.

Kediaman itu hanya bertahan 20 menit, hingga jari jemari lentik milik Gita berlahan mematikan sang pengisi suara.

"Kamu mau kita makan di mana?" Gita membuka obrolan.

"Kamu yang ngajak, tentuin sendiri"

"Aku rencananya mau bawa kamu ke restoran, tapi sekarang hujan. Yang ada nanti kamu basah" lembut Gita berbicara. "Mau ke apartemen aku aja?" sarannya kemudian.

"Memang kakak punya makanan?"

"Nggak sih, tapi nanti kita bisa pesan online. Mau?"

"Ya udah. Di apartemen kakak aja..."





Duduk bersantai di sofa apartemen gadis Andarini itu. Kathrina menatap Gita yang tengah menyiapkan minuman untuk mereka berdua.

"Minum teh hangat aja ya? Cuacanya sedang dingin, jadi ini baik untuk menjaga suhu tubuh" ucap Gita yang kini duduk bersanding dengan gadisnya.

Kathrina hanya menerima dengan senang hati, "Makasih"

Tak ada percakapan setelahnya. Hanya terdengar suara-suara alami baik dari dalam apartemen maupun luar. Hingga...

Jgeeer
Suara sambaran petir terdengar keras dari arah luar, membuat gadis yang muda reflek memeluk Gita.

Beruntung baginya sudah menaruh tehnya di atas meja. Jika tidak, bisa saja tubuh kekasihnya itu terkena siram air panas.

Gita dengan cepat membalas pelukannya, walaupun dia juga sempat sedikit terkejut.

"It's okey, itu hanya suara petir" ucap Gita lembut, berusaha menenangkan gadis yang berada dalam dekapannya.

"Takut..." jawab gadis itu lirih, seraya mengeratkan pelukan.

Gita mulai mengelus punggung gadis itu berlahan, berniat memberikan kenyamanan. "Nggak perlu takut, aku ada di sini"

Suara sambaran petir semakin menjadi, membuat gadis itu kian mengeratkan pelukannya. Sedangkan Gita terus mengelus punggung gadisnya. Tindakan yang seperti mengungkapkan, "Aku akan selalu menjaga kamu di kondisi apapun Kath"

Lama dalam posisi tersebut, membuat gadis yang tua tidak mendengar lagi suara dari gadis yang sedang memeluknya.

Hingga suara dengkuran kecil terdengar, membuat Gita tersenyum gemas. "Cepat sekali anak ini tertidur"

Berlahan Gita menggendong gadisnya ke arah kamar dengan posisi ala koala.

"Ngh~" lenguhan kecil terdengar dari gadis itu.

Terganggu oleh gerakan yang Gita lakukan. Hanya berlangsung singkat, hingga gadis itu menemukan posisi yang nyaman. Dengan kepala ditaruh di ceruk leher sang kekasih.

LADITAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang