Chapter 14 : Kebiasaan Buruk

18 5 0
                                    

.
.
.
.
.

Happy reading^^

Di sinilah Nagato dan Sakura berada, Ruang pemeriksaan tempat Sakura memeriksa pasien-pasiennya.

Ternyata tempat mereka mengobrol adalah kamar Rumah Sakit, bukan Kafe seperti yang diucapkan Nagato pada Yahiko beberapa waktu yang lalu.

"Kak Nagato benar-benar sudah berhenti minum Alkohol dan obat penenang, kan?" tanya Sakura selidik sembari mencatat hasil pemeriksaan Nagato tadi.

"Perlu aku jawab berapa kali agar kau berhenti bertanya, Sakura chan? Aku benar-benar sudah berhenti!" tekan Nagato pada akhir kalimatnya. Tidak, dia tidak marah sedikit pun pada Sakura. Tapi siapa yang tidak jengah ditanya terus-menerus dengan pertanyaan yang sama?

"Kalau begitu syukurlah. Maaf jika Kak Nagato tidak nyaman kutanya terus-menerus, itu karena ada seorang pasienku yang terus mengeluhkan sakit pada kepalanya yang disebabkan kebiasaannya yang mengkonsumsi alkohol dan obat penenang!" ucap Sakura tenang, namun seperti pisau tajam yang menembus otak dan dada Nagato.

"Pasien itu terus mengeluhkan sakit berkali-kali, padahal sudah kukasih larangan dan obat agar rasa sakitnya itu mereda. Akan tetapi, dia kembali mengeluh padaku kalau kepalanya sakit lagi dan lagi. Akhirnya aku mendapatkan informasi, kalau pasienku itu ternyata tidak melakukan hal yang aku suruh. Padahal aku hanya menyarankan dua hal berhenti mengkonsumsi alkohol dan obat penenang, tapi malah tidak dilakukan. Informasi itu khusus aku dapatkan dari sahabat pirangnya yang cerita tiap kali mereka melakukan party bersama di Klubnya."

Nagato terdiam mendengar penjelasan panjang lebar Sakura. Dia merutuki mulut sialan Deidara yang seakan mengadukan perbuatan terlarangnya pada Sakura.

"Maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi." ucap Nagato. Kali ini dia tidak ingin melawan Sakura, karena taruhannya adalah kesehatannya.

Sakura menatap Nagato dengan tatapan menyelidik. Selesai mencatat, Sakura langsung merobek kertas itu dan diberikan ke Nagato. "Aku menaikkan dosisnya sedikit. Tapi jika sakit kepalamu mereda, aku akan meresep kembali obat dengan dosis rendah."

"Terima kasih, Dokter Haruno." Nagato menundukkan kepalanya sedikit. Sakura tersenyum melihat itu.

"Sama-sama."

"Bagaimana dengan keadaan Uciha bersaudara?" tanya Nagato setelah berdiri dari ranjang pemeriksaan.

Sakura yang membereskan alat pemeriksaan menghentikan tangannya. "Aku masih belum tahu, Kak Nagato. Karena aku belum memeriksakan keadaan Senior Itachi dan masih belum bertemu dengan Sasuke, karena dia lagi di Barak Militer."

Nagato menghela nafas lelah. "Baik, aku mengerti. Bagaimana bisa kakak beradik sama-sama mendapatkan kesulitan tapi tidak mau orangtua mereka tahu?" Sakura tersenyum miris mendengarnya. Sembari membereskan alatnya sekaligus membereskan ranjang yang digunakan Nagato tadi, Sakura menjawab.

"Karena mereka tidak mau menyusahkan orangtuanya, ditambah lagi mereka berdua tidak mau membuat Bibi Mikoto sedih. Ya, kita harus tahu itu."

"Tapi mereka justru menyusahkanmu dan membuatmu sedih," celetukan Nagato membuat Sakura tertawa. Selesai berberes-beres, Sakura pun berjalan keluar Ruangan diikuti oleh Nagato.

Uciha's Love Story : We Will Conquer YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang