Chapter 4 : Persetujuan

4 2 0
                                    

.
.
.
.
.

Happy Reading^^

Rin Nohara. Gadis berambut cokelat pendek dengan dua garis magenta di kedua pipinya tengah duduk di salah satu meja di Yuhi's Kafe.

Dia mengecek ponselnya guna melihat apakah ada telpon atau pesan dari orang yang berjanji untuk bertemu dengannya hari ini.

Seseorang mendekati Rin sambil membawa segelas cappucino dan dihidangkan ke depan Rin.

"Masih menunggu? tanya perempuan itu yang langsung duduk ke kursi di samping Rin.

Rin mengangguk lalu menatap salah satu sahabatnya itu. "Kenapa dia lama sekali datang, Kurinei!" Rin justru melampiaskan kekesalannya akan keterlambatan orang itu pada sahabatnya.

Akan tetapi, Kurinei tidak marah karena dia sudah terbiasa dengan sikap Rin yang seperti ini.

Kurinei menaikkan kedua bahunya. "Aku tidak tahu, jangan tanya aku. Tapi dia tidak bilang bahwa janjian kalian batal, bukan?"

"Tidak ada sih...tapi aku kesal, Kurinei! Obito belum menelponku lagi dan aku sudah menunggu lama!" seru Rin sambil memukul meja tempatnya duduk.

Kurinei yang tadinya menatap malas Rin, terkejut menatap seseorang yang berdiri di belakang Rin.

"Dia sangat menyebalkan karena membuatku menunggu, Kurinei! Dia-" panggilan pada namanya membuat gadis itu berhenti mengoceh.

"Rin!" Rin menatap Kurinei yang pandangannya mengarah pada belakang Rin. Dia pun menoleh ke arah belakang dan mendapati seorang pria dengan topeng aneh yang menutupi wajahnya. Tapi gadis itu tahu siapa orang yang memakai topeng itu.

"Kau terlambat!" seru Rin sambil cemberut.

Kurinei yang mengalihkan pandangannya pada Rin langsung memutar bola matanya lelah. Dia pun akhirnya berdiri dari duduknya dan segera berjalan meninggalkan kedua orang itu.

"Selamat menikmati waktu berdua kalian."

Obito, nama pria yang memakai topeng itu segera berjalan mendekati Rin dan duduk di samping kursi gadis itu.

"Kenapa lama?"

Terdengar tawa dari balik topeng itu. "Maafkan aku, Rin. Tadi ada berkas yang harus aku periksa lebih dulu, makanya aku datang terlambat." Rin mendengus mendengar jawaban Obito.

"Yang bener saja!" serunya lalu meminum cappucino-nya.

"Sungguh!"

"Tapi...kenapa kau hanya memesan untuk dirimu sendiri? Mana punyaku?" tanya Obito yang heran dirinya tidak dipesankan minuman oleh Rin.

Selesai dengan minumnya, Rin menjawab. "Pesan sendiri!" judesnya membuat Obito menundukkan kepalanya yang diselimuti topeng.

.

Tsunade menatap tajam perempuan bersurai biru tua yang berdiri di depannya itu.

"Apa yang barusan anda katakan, Nona Hyugga?" tanya-nya dengan tajam.

"Saya ingin ikut Dokter Itachi pindah sementara ke Kota Suna, Ketua Tsunade!" jawabnya dengan tegas. Walau bisa dilihat kedua tangan gadis itu saling terkepal gemetaran di samping pahanya.

"Bisa anda terangkan alasan kuat agar anda bisa sayang ikut sertakan dengan Itachi?" pertanyaan Tsunade yang satu ini membuat Putri tertua Hyugga itu terdiam. Tidak ada satu pun kata yang diucapkan gadis itu.

Akan tetapi, Hinata sudah bertekad untuk ikut Itachi pindah ke Kota Suna. Dia tidak ingin berada jauh dengan pemuda Uciha tersebut.

"Saya hanya nyaman jika dirawat oleh Dokter Uciha," Tsunade menaikkan satu alisnya mendengar jawaban Hinata.

Uciha's Love Story : We Will Conquer YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang