Prolog

27 9 3
                                    

"Hoas ... Hoas ... Sialan ... Kenapa endingnya malah jadi begini sih ..." Cetus seorang gadis paru baya, sembari terus berlari meski badannya sudah terombang-ambing dan dipenuhi oleh luka. Ia adalah Vania, Vania Clarista.

Entah sudah berapa lama ia berlari tanpa arah tujuan hanya untuk menghindar dari seorang wanita yang berada dibelakangnya, wanita itu seperti sudah siap untuk membunuhnya.

Terdengar napas Vania sudah tersengal-sengal, dan terasa sesak. Tapi, tidak dengan wanita yang berada di belakang Vania. Dia sama sekali tidak terlihat lelah dan masih terlihat segar bugar, seakan sedang memburu santapan untuk makan malamnya.

"Vania, Vania ... Sampai kapan lo mau terus menghindar, hah !?" Lontar wanita itu seraya tersenyum menyeringai. "Lebih baik lo nyerah aja Van, selagi gua masih baik ..." Sambung wanita itu.

"Cih, lebih baik gua mati dari pada harus nyerah ke wanita psychopath bajingan kayak lo." Refleks Vania seketika, setelah mendengar perkataan dari wanita itu sembari terus berlari tanpa menoleh kebelakang.

"Choose the right one girl." Celutus wanita yang berada di belakang Vania sambil menampilkan senyuman menyeringai dengan penuh kesenangan.

"Dorrrrr !!"

Seketika suara tembakan dilontarkan di udara. Suara itu memekakkan telinga Vania, dan membuat jantungnya berdetak kencang tak beraturan seolah-olah akan melompat keluar dari dadanya, menciptakan ketegangan luar biasa yang menyelimuti seluruh tubuhnya.

"Dorrrrr !!"

Suara itu terdengar sekali lagi tanpa peringatan, membuat tubuh Vania hilangan keseimbangan secara tiba-tiba. Mata Vania terasa berkunang-kunang, memperburuk situasinya ketika badannya akhirnya ambruk di atas tanah coklat yang berdebu.

Dalam keadaan yang semakin kabur, pandangan terakhir Vania jatuh pada bulan purnama yang mengambang dengan megahnya, memancarkan cahaya yang lembut dan menenangkan di tengah kegelapan malam yang menakutkan, serta dedaunan yang bergoyang ditiup oleh angin seolah-olah menjadi saksi bisu dari kejadian tragis yang tengah terjadi.

Dalam keadaan yang semakin kabur, pandangan terakhir Vania jatuh pada bulan purnama yang mengambang dengan megahnya, memancarkan cahaya yang lembut dan menenangkan di tengah kegelapan malam yang menakutkan, serta dedaunan yang bergoyang ditiup ole...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᡣ𐭩ᡣ𐭩ᡣ𐭩

Vania ClaristaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang