3. Hampa

401 38 0
                                    

Setelah melangsungkan pernikahan, kini sisca dan Kathrin resmi menjadi bagian keluarga Harland.

1 tahun pun berlalu.

Kalian itu pikir semua akan berjalan normal?
oh tentu tidak.
Sikap Gracio berubah saat hadir nya keluarga baru mereka. Terlebih saat sisca mengalami ke guguran akibat kecerobohan Kathrin, namun Kathrin menuduh Muthe yang melakukan nya, sialnya kedua kakak nya percaya akan hal itu. Alhasil Muthe pun di benci oleh kedua kakak dan ayahnya.

~

"Papah! mau uang." pinta Kathrin.

Tanpa banyak bicara, Gracio mentransfer uang pada kathrin sebesar 4 juta rupiah.

"Pah? Muthe boleh minta uang dulu gak, buku Muthe abis." pinta Muthe.

Gracio menatap Muthe dengan tatapan dingin.

"Saya akan kasih kamu, tapi bersihkan dulu piring kotor di dapur, oh iya jangan lupa siram tanaman belakang." jawab Gracio.

"Lo harus nya sadar diri, masih untung papa baik nampung lo di sini." ujar Zean.

"Ngapain sih, ngabisin uang tau gak!" bentak Sisca.

Muthe hanya diam, ia pun segera ke dapur untuk mencuci piring kotor.

~

Di sisi lain.

Usaha Eli berkembang pesat. Banyak yang suka kue buatan Eli, sehingga membuat Eli mendapatkan keuntungan yang lebih dari usahanya, bahkan sudah membuka cabang di 4 kota besar. Dan Eli mengubah nama Shani Indira lestari menjadi Helisma Indira lestari. Karena meski sekarang ia berada di tubuh Shani, jiwa nya tetap milik nya.

"Bu Eli, omset kita bulan ini meningkat pesat." ucap sekertaris Eli yang bernama Christian.

"Alhamdulillah, kalau gitu tolong siapkan bonus untuk karyawan yang bekerja di sini ya, Chris, jangan lupa juga ambil 5 persen untuk kita sumbangkan ke anak yatim." jawab Eli.

"Baik bu, kalau begitu saya permisi." ujar Christian.

Eli memandang ke arah luar dan melihat ke arah kota.

"Aku jadi kepikiran anak-anak." Gumam Eli.

~

Kembali ke Muthe.
Ia tengah berada di kamarnya seraya memandang foto keluarga dulunya.

"Mah, Muthe kangen." lirih muthe seraya mengusap foto tersebut.

Tak lama terdengar suara teriakan dari Sisca dari luar.

"Heh! anak pembawa sial! mana sih!" teriak Sisca.

Muthe tak menghiraukan itu, namun tak lama terdengar suara gedoran pintu dari luar.

"Woi! mama manggil tuh!" teriak Zean.

Muthe segera membuka pintu, ia melihat kakak nya memberikan tatapan dingin padanya.

"Lo di panggil mama, perasaan lo bikin masalah mulu." ujar Zean.

Muthe segera menghampiri Sisca.

Lembayung Senja  (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang