Kini Muthe dan Aldo berada di belakang sekolah. Muthe yang masih teringat kakak nya hanya menangis di pelukan Aldo.
"Sabar ya sayang, aku tau mungkin berat bagi mu kehilangan bang Rion, namun kamu harus bisa menerima keadaan itu." bujuk Aldo.
Muthe hanya diam, ia tau mungkin kakak nya akan sedih bila ia terus berlarut dalam kesedihan, namun kenangan bersama kakak nya tidak bisa di lupakan.
Aldo paham dengan kondisi Muthe saat ini, jadi Aldo memutuskan untuk menemani Muthe hingga ia tenang.
~
Di sisi lain.
Freya tengah melakukan pembukaan perban di matanya di temani oleh Eli di sisi nya.
"Mah, Freya takut." lirih Freya.
"Kamu sabar ya sayang, di sini ada mama." ujar Eli seraya menenangkan Freya.
Perlahan perban Freya di buka, jantung nya berdebar kencang saat perban itu terlepas dari matanya. Perlahan Freya membuka matanya dan cahaya mulai terlihat oleh Freya.
Tak lama ia melihat ke wajah sang mama, wajah yang selama ini ia rindukan."Mama! aku bisa liat!" histeris Freya.
Eli mendengar itu sangat senang dan memeluk anaknya tersebut.
"Hiks.. mama Freya bisa liat mah... hiks Freya normal lagi." ucap Freya.
Suasana bahagia menyelimuti Eli dan Freya, namun berbeda dengan Eli.
Zean kini tak punya tempat tinggal, karena ia bingung mau kemana.
Saat ia melewati sebuah toko makanan, Zean hanya bisa melihat nya dari luar.
"Ya Tuhan, lapar banget." gumam Zean.
Zean hanya menatap makanan yang terpajang dengan perut yang sudah berbunyi.
Tak lama datang seorang wanita yang menghampiri Zean.
"Nak? kamu lapar?" tanya wanita itu.
"I-iya bu, t-tapi saya tak punya uang." jawab Zean seraya menunduk.
Wanita itu tersenyum ramah pada Zean.
"Jangan panggil saya ibu, panggil saya Fiony saja." tukas Wanita itu yang bernama Fiony alveria.
Zean mengangguk.
"Ya udah, kamu ikut aku yuk. Kita makan." ajak Fiony.
Akhirnya Fiony mendorong kursi roda Zean masuk ke toko itu.
~
Beralih ke Deny dan Wira.Semenjak kematian Rion, mereka akhirnya keluar dari sekolah dan memutuskan untuk kembali ke perkerjaan lama mereka sebagai pasukan khusus di jakarta.
"Dah, Rion dan tenang di sana." tegur Deny seraya memberikan Wira segelas kopi.
"Iye gua tau, tapi gua ngerasa aneh. Kaga mungkin si Rion kebut-kebutan sampe kayak gitu, ini sih kayanya sudah di rencanakan." jawab Wira.
Tanpa orang lain tau, Wira Dan Deny merupakan pasukan khusus yang bekerja untuk pemerintah sekaligus keluarga Cindy.
Mereka merupakan anggota terlatih yang di rekrut oleh suami Cindy sebagai anak didik untuk menemani Rion.
Tak lama mereka pun kedatangan Cindy.
"Pagi, bu Cindy." sapa mereka berdua.
"Pagi, kalian sedang apa?" tanya Cindy.
"Kami sedang santai aja, bu. Selagi senggang." jawab Deny.
Cindy tersenyum mendengar itu, meski mereka hanyalah anggota khusus, namun Cindy sudah menganggap mereka berdua seperti anak nya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung Senja (END)
FanfictionMenceritakan seorang janda yang harus ber transmigrasi pada tubuh seorang ibu yang memiliki 3 orang anak, bagaimana kisah nya. simak saja Disclaimer : cerita ini hanya fiksi, dan jangan di bawa serius okay dan akan ada beberapa POV dari anak-anak nya