SATU

145 13 0
                                    

Kinanti Maheswari Pov

.

Aku adalah seorang yatim piatu sejak usiaku 10 tahun. Kedua orangtuaku tidak memiliki saudara lain ataupun kerabat jauh, aku tidak tahu kenapa, dan ketika itu aku masih terlalu muda untuk memahami hubungan lain dalam kekeluargaan, bagiku, memiliki kedua orangtuaku saja sudah cukup.

Ayahku meninggal terlebih dahulu , sejauh yang kutahu kelelahan bekerja lah yang membunuhnya, ayahku hanyalah seorang buruh pabrik biasa yang sangat terobsesi meratukan istri dan putri semata wayangnya yaitu aku. Bila saja aku tahu sesakit itu hasil dari diratukan ayahku, aku akan lebih memilih hidup dibawah standar kesederhanaan  sekalipun, aku tak apa.

Tidak lama setelah ayahku meninggal, ibuku dibunuh oleh penderitaan yang hebat karena kehilangan cinta dalam hidupnya. Ibu mungkin lupa bahwa ada satu buah dari cinta mereka yang masih tinggal di dunia, lagi-lagi itu aku, Kinanti Maheswari yang masih berusia 10 tahun yang belum tahu bagaimana caranya hidup seorang diri.

Aku masih mengingat hari itu. Hari dimana aku bertemu Awan Bumantara muda untuk pertama kalinya. Dia hanya beberapa bulan lebih tua dariku. Putra dari sahabat ayahku.

" Papa.. bisakah papa juga membawa Kinanti bersama kita ? Dia tidak memiliki siapapun lagi. Aku berjanji jika papa membawanya turut serta bersama kita, aku tidak akan menjadi anak nakal lagi. "

Kalimat itu datang darinya di waktu muda. Kalimat yang membuatku memiliki keluarga baru dalam kesendirianku yang mencekam selama dua hari kepergian ayah dan ibuku. Aku mungkin hanya menunduk diam waktu itu tapi.. jauh di dasar hatiku aku pun turut berjanji bahwa aku akan melakukan segalanya untuk kebahagiaan keluarga yang bersedia merawatku bersama mereka terkhusus Awan Bumantara.

Sejak hari itu, aku masuk dalam keluarga Bumantara hingga aku dewasa. Keluarga Bumantara bukanlah keluarga yang kaya, papa hanya bekerja sebagai karyawan kantoran biasa dan mama hanyalah seorang ibu rumahtangga yang luar biasa. Mereka mencintaiku seperti aku sangat mencintai mereka. Aku tumbuh dan besar karena belas kasih mereka. Untuk mereka aku bahkan bersedia menyerahkan nyawa. Meski ada kehidupan lain setelah kehidupan ini, aku merasa tidak akan pernah cukup untuk membalas hutang-hutang kebaikan mereka terhadapku.

.

Ketukan di pintuku terdengar. Aku mendengarnya sangat jelas tapi tidak berniat beranjak kemanapun dari tempat tidurku. Karena aku tidak mengunci pintunya maka si pengetuk membuka pintu kamarku. Membuat cahaya dari luar perlahan menjadi penyusup yang tak ku inginkan memasuki kamarku dan Daf.

Suara langkah kaki memecah kesunyian yang menemaniku sedari aku mengurung diri. Tetes-tetes airmataku masih merembes sesekali tapi tanpa suara karena aku sudah kehabisan seluruh energiku walau hanya untuk sekedar bersuara.

Usapan lembut tangan mama menyentuh kepalaku, disertai tetesan lain yang keluar dari sudut mataku. Aku pun mendengar isakan darinya.

Jangan menangis ma.. cukup aku saja...

" Kinan.. kamu belum makan sama sekali dari kemarin. Biarkan mama menyuapimu hum... ? "

Kugigit bibir bawahku kuat tapi itu tak cukup membendung isakan tangisku. Kembali pecah.

Ini sangat sakit ma.. kenapa dia meninggalkan ku untuk selamanya setelah pertengkaran hebat kami.. ! Kenapa aku harus melemparkan banyak kata-kata kejam padanya yang selama 5 tahun ini melakukan segalanya untukku dan keluargaku.. ! Dia yang hanya diam mendengarkan semua perkataan jahat yang keluar dari mulutku, dia yang masih tersenyum dan berpamitan denganku untuk pergi bekerja setelah pertengkaran hebat itu. Aku tidak pernah tahu bahwa itu adalah senyum dan hari terakhirnya bersamaku sebelum kecelakaan mobil itu merenggutnya dari dunia dan aku

BACK to DECEMBER [GL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang